Kamis, 13 Desember 2018

Peningkatan Ibdah dan muamalah untuk muhasabah akhir tahun


Peningkatan Ibdah dan muamalah
untuk muhasabah akhir tahun
Masjid Al Huda Bungurasih Waru
Jum’at, 14 Desember 2018

Pengertian ibadah itu sendiri. Menurut Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Berdasarkan pengertian dari ibadah dan muamalah tadi, hubungannya dengan manusia adalah bahwa
ibadah secara tidak langsung berarti ketundukkan kita sebagai seorang hamba serta sarana hubungan vertikal manusia kepada Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT.
Muamalah pun berarti hubungan horizontal antar manusia dengan manusia yang sesuai dengan syari’ah.
Sekarang bagaimana kita sebagai seorang manusia memaksimalkan atau meningkatkan kualitas dari ibadah dan muamalah tadi.
Pertama yang bisa kita lakukan adalah, mengevaluasi diri sendiri, sejauh mana ibadah-ibadah yang telah kita lakukan apakah sudah baik atau belum.
Kedua kita bisa buat suatu perencanaan apa-apa saja yang bisa mendukung untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.
Sebagai contoh, kalau sebelumnya kita hanya melakukan ibadah wajib saja seperti sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan lainnya, tetapi setelah melakukan evaluasi, kita bisa menambah rangkaian ibadah kita dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya yang mempunyai nilai-nilai keutamaan seperti shalat sunnah dhuha, tahajud, dan lain sebagainya.
Begitupun untuk aktifitas kita sesama manusia, kita juga harus mengevaluasi diri kita, apakah selama ini dalam menjalin hubungan dengan orang lain kita sudah baik, dengan tetangga kita sudah baik, dengan teman kerja kita sudah baik, dengan teman sejawat kita sudah baik, dengan atasan kita sudah baik atau bahkan kita sering menyakitinya, atau perbuatan yang selama ini kita lakukan tanpa kita sadari telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan Al-Quran dan Hadist. Kebaikan itulah yang akan menjadi modal kita untuk meraih kabaikan kedepannya. Kebaikan yang kita lakukan akab berdampak baik terhadap kehidupan kita, demikian juga kesalahan yang kita lakukan akan berdampak jelek pula terhadap diri kita.
Sehingga apabila kita sudah mengetahui kesalahan-kesalahan kita selama ini, kedepannya kita tidak mengulanginya lagi. Mungkin cara untuk meningkatkan kualitas muamalah kita dengan cara memperbanyak membaca al Qur’an, memperbanyak taklim, membaca buku-buku pengetahuan umum, Islam, dan sejarah-sejarah umat terdahulu dalam melaksanakan muamalahnya sesama manusia. Dari sinilah akan muncul keindahan dalam melaksanakan ajaran agama Islam.
Dengan demikian nuansa keislaman kita akan lebih indah dan baik, karena dibarengi dengan keikhlasan kita dalam menjalankan ibadah kepada Alloh SWT. Sebagaimana Rasul bersabda :
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
“Jika salah seorang dari kalian telah memperindah Islamnya, maka setiap kebaikan yang diamalkannya akan dicatat baginya dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat. Dan setiap kejelekan yang ia kerjakan akan dicatat baginya satu kejelekan semisalnya”.[Shahih Al Bukhari (Fathul Bari: 1/100 hadits no: 42), Shahih Muslim : 1/118 no: 129]
Jadi, untuk meningkatkan kualitas ibadah dan muamalah sangat bergantung dari manusianya itu sendiri. Semuanya pun membutuhkan niat dan tekad yang kuat untuk selalu memotivasi diri agar menjadi insan yang lebih baik di hadapan-Nya. Aamiin



Selasa, 21 Agustus 2018

“Rahmat Alloh diberengi dengan Kebaikan”


HIKMAH IDUL ADHA
( KHUTBAH HARI RAYA IEDUL ADHA 1439 H )
“Rahmat Alloh diberengi dengan Kebaikan”
Di Masjid Jamik Wonoayu
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag.
Penyuluh Agama Islam Sidoarjo

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

......

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar yang mulia ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Alloh SWT dan marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

Allahu Akbar (3x)..Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada  saudara kita ayang kurang mampu.
Sejarah qurban yang melibatkan 3 tokoh utama yaitu Nabi Ibrahim. Siti Hajar dan Nabi Ismail merupakan suri tauladan. Sebuah keluarga yang mendapat ujian dan sekaligus rahmat dari Alloh SWT yaitu diperintah untuk menyembelih anaknya Ismail.  Allah Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga dengan ketulusan dan keikhlasan maka Nabi Ismal as mau disembeelih oleh ayahnya Ibrahim as. Namun digantilah dengan kambing oleh Alloh SWT. Sehingga disinilah keberhasilan mendidik anak dari seorang Ibrahim. Banyak orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orang tua yang caranya mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya pengharapan orangtua. Di antara mereka ada yang selalu membasahi penghujung malam dengan air mata untuk merintih kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Di antara mereka ada pula yang menyertai langkah-langkahnya dengan niat yang lurus dan bersih.
Kadang seperti tak berkait langsung. Tetapi amal bergantung pada niatnya. Seorang ibu menyedekahkan hartanya karena mengharap ridha Allah dan penjagaan iman atas anak-anaknya, lalu Allah tegakkan dinding di hati anak sehingga tak terjangkau oleh kerusakan yang ada di sekitarnya. Boleh jadi seorang istri bersikeras meminta suaminya menyucikan harta, lalu Allah sucikan hati anak-anak mereka dari keruhnya hati dan kotornya pikiran. Boleh jadi pula ada bapak-bapak yang sibuk dengan perkara yang seakan tak bersentuhan dengan agama, tetapi sesungguhnya ia sedang menolong agama Allah, sehingga Allah berikan pertolongan kepada mereka. Allah datangkan pertolongan kepada mereka dengan jalan yang tak terduga.
Teringatlah saya dengan firman Allah,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ ٧

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.s. Muhammad [47:]: 7).
Korban yang diperintahkan kepada kita saat ini tidak usah anak menyembelih anak kita, namun cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita masih terlalu banyak berfikir, memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Allahu Akbar (3x)...Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Kalau kita jauh dari Rahmat Alloh maka kita sangat rugi baik di dunia dan akhirat. Kunci dari kita supaya selalu mendapat Rahmat Alloh adalah senantiasa berbuat kebajikan. Sebagaimana Alloh berfirman  dalam QS.Al-A’raf : 56
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Kebaikan yang kita perbuat akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap diri kita, keluarga dan masyarakat. Karena manusia didunia atau di alam fana ini diberikan 2 pilihan oleh Alloh SWT. Sebagaiman diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya, surat Al-Syamsu ayat  8-10.

8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Hadirin Jamaah Sholat Ied Rahimakumullah…

Jalan yang diberikan oleh Alloh adalah :
1.   Jalan ketaqwaan atau jalan kebaikan, apabila yang dipilih adalah jalan yang baik maka, dunianya selalu akan memberikan kebaikan kepada setiap manusia dan masyarakat Dalam hidupnya selalu memberikan manfaat yang baik kepada setiap manusia. Intinya manusia berguna bagi manusia yang lain. Sebagaimana Rasul bersabda..khoirunnas angfaahum linnas..sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

2.  Jalan yang kedua adalah jalan kefasikan atau jalan kemungkaran.

Kalau yang dipilih adalah jalan kejelekan maka manusia akan selalu berbuat dosa dan fasik, maka akan terjerumus ke tempat yang tidak baik pula  (fujuur…) yaitu jalan kefasikan. Kefasikan adalah sejelek jelek sebutan bagi manusia. Jalan inilah yang merupakan jalannya syetan dan iblis. Menurut Muhammad bin Ka’at dalam tafsir Al Qurtubhi menjelaskan bahwa apabila Allah menghendaki manusia itu baik maka Allah akan memberikan pengetahuan tentang masalah kebaikan dan manusia itu akan mengamalkannya, dan sebaliknya bagaimana kalau ada jalan kejelekan apakah manusia juga akan menjalankannya, tentunya berusaha untuk menghindarinya.

Kebaikan atau kejahatan yang dipilih oleh manusia merupakan pilihannya selama di dunia namun akan dipertanggungjawabkan di akhirat.  Karena kabaikan yang diperbuat maka akan kembali kepada dirinya sendiri begitu juga sebaliknya kejelekan yang diperbuat juga akan kembali pada dirinya sendiri, Allah SWT berfirman:


Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,   (QS. (17) al Isro’ :7)

Alloh Akbar (3)...Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini yang bisa kita ambil manfaat adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya kepada Alloh SWT. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri. Apabila yang kita kerjakan baik maka akan baik pula diri kita, kalaulah jelek maka juga akan jelek pulalah diri kita.
Allahu Akbar (3x).. Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ





Kamis, 02 Agustus 2018

Khutbah Jum'at : Islam Itu Mudah dan tidak sulit


Khutbah Jum’at
Masjid Al Surya RS Delta Surya Sidoarjo
Jum’at, 3 Agustus 2018
Judul : Islam Itu Mudah dan tidak sulit
Oleh :Imam Mukozali, S.Ag.,MM
Penyuluh Agama Islam Kab. Sidoarjo

Ada sebagian manusia yang beranggapan bahwa agama Islam ini sulit dan berat dalam pelaksanaan ibadahnya. Ketahuilah bahwa tidak ada yang merasa berat dalam pelaksanaan ibadah kecuali
(1) Tidak ikhlas dalam beribadah
(2) Tidak memiliki ilmu yang memadai dalam beribadah.
Jika ibadah dilakukan dengan ikhlas dan dilakukan sesuai petunjuknya yang shahih maka tidaklah ditemukan sesuatu yang sulit dan berat dalam menjalankan syariat ataupun ibadah dalam agama Islam yang mulia ini.
Diantara bukti kemudahan  syari’at Islam khususnya dalam ibadah adalah bahwa Islam   hanya menyuruh umatnya melakukan perintah sesuai kemampuan.
Allah berfirman :
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ ... 
Maka bertakwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu (Q.S at Taghabun 16).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah memerintahkan para hambaNya agar bertakwa kepadaNya yaitu dengan menunaikan perintah sesuai kemampuan dan menjauhi larangannya. Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban yang tidak mampu dilakukan seorang hamba menjadi gugur. Jika seorang hamba mampu menunaikan sebagian kewajiban dan tidak mampu menunaikan kewajiban lainnya, maka ia cukup menunaikan kewajiban yang mampu dia lakukan. (Tafsir Karimur Rahman).

Rasulullah bersabda :

“Maa nahaitukum anhu fajtanibuhu. Wamaa amartukum bihi faktu minhu mastatha’tum.”
Apa yang aku larang kalian atasnya maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Setelah diberikan perintah untuk melaksanakan ibadah sesuai kemampuan, Allah Ta’ala juga memberikan banyak rukhsah sebagai keringanan bagi umatnya.  Sungguh Allah Ta’ala sebagai Khaliq, Maha Mengetahui tentang kelemahan hambaNya. Maka dalam syari’at Islam Allah memberikan rukhshah atau keringanan yang banyak.
Allah berfirman :
 يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ ...

2.Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
[Al Baqarah:185]

Ma’asyiril Mukminin rahima kumulloh,

Seperti menyembelih hewan qurban, satu sisi merupakan sebuah kewajiban yang harus dikerjakan oleh umat manusia yang mampu, tetapi dalam sisi lain bagi yang belum mampu diberikan kelonggaran atau toleransi oleh Alloh SWT untuk tidak berqurban.

Dalam surat Al Kautsar difirmankan:

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus

Sehingga bisa kita pastikan bahwa Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Setiap apa yang diperintahkan oleh Alloh kepada manusia pasti diikuti dengan perintah yang lain yang meringankan