HIKMAH IDUL ADHA
( KHUTBAH HARI RAYA IEDUL ADHA 1439 H )
“Rahmat Alloh diberengi dengan Kebaikan”
Di Masjid Jamik Wonoayu
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag.
Penyuluh Agama Islam Sidoarjo
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ
اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا
بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
......
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ
أَقۡدَامَكُمۡ
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang
penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru
saja kita laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan
nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas
keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa
arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan menggetarkan
relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung.
Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena itu, melalui mimbar yang mulia ini saya mengajak kepada diri saya
sendiri dan juga kepada hadirin sekalian untuk meningkatkan iman dan taqwa
kepada Alloh SWT dan marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah
Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat
menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita
sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah
dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita,
kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Allahu Akbar (3x)..Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal
dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji
yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan
tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan
pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala
segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa
sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil
bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ
لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping Idul
Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan
hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya
dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, diberikan kepada saudara kita ayang kurang mampu.
Sejarah
qurban yang melibatkan 3 tokoh utama yaitu Nabi Ibrahim. Siti Hajar dan Nabi
Ismail merupakan suri tauladan. Sebuah keluarga yang mendapat ujian dan
sekaligus rahmat dari Alloh SWT yaitu diperintah untuk menyembelih anaknya
Ismail. Allah Maha Pengasih dan
Penyayang, sehingga dengan ketulusan dan keikhlasan maka Nabi Ismal as mau
disembeelih oleh ayahnya Ibrahim as. Namun digantilah dengan kambing oleh Alloh
SWT. Sehingga disinilah keberhasilan mendidik anak dari seorang Ibrahim. Banyak
orangtua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik
anak, tetapi karena doa-doa mereka yang tulus. Banyak orang tua yang caranya
mendidik salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi, tetapi anak-anaknya
tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besarnya
pengharapan orangtua. Di antara mereka ada yang selalu membasahi penghujung
malam dengan air mata untuk merintih kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Di antara
mereka ada pula yang menyertai langkah-langkahnya dengan niat yang lurus dan
bersih.
Kadang seperti
tak berkait langsung. Tetapi amal bergantung pada niatnya. Seorang ibu
menyedekahkan hartanya karena mengharap ridha Allah dan penjagaan iman atas
anak-anaknya, lalu Allah tegakkan dinding di hati anak sehingga tak terjangkau
oleh kerusakan yang ada di sekitarnya. Boleh jadi seorang istri bersikeras
meminta suaminya menyucikan harta, lalu Allah sucikan hati anak-anak mereka
dari keruhnya hati dan kotornya pikiran. Boleh jadi pula ada bapak-bapak yang
sibuk dengan perkara yang seakan tak bersentuhan dengan agama, tetapi
sesungguhnya ia sedang menolong agama Allah, sehingga Allah berikan pertolongan
kepada mereka. Allah datangkan pertolongan kepada mereka dengan jalan yang tak
terduga.
Teringatlah saya
dengan firman Allah,
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ
أَقۡدَامَكُمۡ ٧
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.s. Muhammad [47:]: 7).
Korban
yang diperintahkan kepada kita saat ini tidak usah anak menyembelih anak kita, namun
cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah
tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita,
memotong sebagian harta kita masih terlalu banyak berfikir, memotong 2,5 %
harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu
kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu
makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya.
Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh
dari Rahmat Allah SWT.
Allahu Akbar (3x)...Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Kalau kita jauh dari Rahmat Alloh maka kita sangat rugi
baik di dunia dan akhirat. Kunci dari kita supaya selalu mendapat Rahmat Alloh
adalah senantiasa berbuat kebajikan. Sebagaimana Alloh berfirman dalam QS.Al-A’raf : 56
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Kebaikan yang kita perbuat akan
memberikan dampak yang sangat baik terhadap diri kita, keluarga dan masyarakat.
Karena manusia didunia atau di alam fana ini diberikan 2 pilihan oleh Alloh
SWT. Sebagaiman diterangkan
oleh Allah dalam firman-Nya, surat Al-Syamsu ayat 8-10.
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu,
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Hadirin Jamaah Sholat Ied Rahimakumullah…
Jalan yang diberikan oleh Alloh adalah :
1.
Jalan ketaqwaan atau jalan kebaikan, apabila yang
dipilih adalah jalan yang baik maka, dunianya selalu akan memberikan kebaikan
kepada setiap manusia dan masyarakat Dalam hidupnya selalu memberikan manfaat
yang baik kepada setiap manusia. Intinya
manusia berguna bagi manusia yang lain. Sebagaimana Rasul bersabda..khoirunnas
angfaahum linnas..sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi
orang lain.
2. Jalan yang
kedua adalah jalan kefasikan atau jalan kemungkaran.
Kalau yang dipilih adalah jalan
kejelekan maka manusia akan selalu berbuat dosa dan fasik, maka akan terjerumus
ke tempat yang tidak baik pula (fujuur…)
yaitu jalan kefasikan. Kefasikan adalah sejelek jelek sebutan bagi manusia.
Jalan inilah yang merupakan jalannya syetan dan iblis. Menurut Muhammad bin
Ka’at dalam tafsir Al Qurtubhi menjelaskan bahwa apabila Allah menghendaki
manusia itu baik maka Allah akan memberikan pengetahuan tentang masalah
kebaikan dan manusia itu akan mengamalkannya, dan sebaliknya bagaimana kalau
ada jalan kejelekan apakah manusia juga akan menjalankannya, tentunya berusaha
untuk menghindarinya.
Kebaikan atau kejahatan yang dipilih oleh manusia merupakan pilihannya
selama di dunia namun akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Karena kabaikan yang diperbuat maka akan
kembali kepada dirinya sendiri begitu juga sebaliknya kejelekan yang diperbuat
juga akan kembali pada dirinya sendiri, Allah SWT berfirman:
Jika kamu berbuat
baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, (QS. (17) al Isro’ :7)
Alloh Akbar (3)...Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari
pelaksanaan shalat Idul Adha ini yang bisa kita ambil manfaat adalah, bahwa
hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya kepada Alloh
SWT. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang
kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak
yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan
Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan
oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa
‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah
manfaatnya kembali kepada kita sendiri. Apabila yang kita kerjakan baik maka
akan baik pula diri kita, kalaulah jelek maka juga akan jelek pulalah diri kita.
Allahu Akbar (3x).. Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus
bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x
ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.
وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ