Selasa, 04 Juni 2019

Khutbah Idul Fitri 1440 H


KHUTBAH IDUL FITRI 1440 H
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag., MM
“Prestasi Ramadhan dan “Mudik”
ke Kampung yang abadi”
Penyuluh Agama Islam Kab. Sidoarjo
Di Masjid Baitussalam
Larangan Mega Asri

Allaahu Akbar 3 x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!

Segala puji syukur kita haturkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia – Nya semata, kita semua dapat berkumpul di hari yang penuh dengan kegembiraan, penuh dengan barokah, hari yang penuh dengan kemenangan dan ampunan Allah SWT, yaitu di hari raya Idul Fitri 1440 H.
Pagi ini kita berkumpul lagi di halaman Masjid atas kebesaran Allah Rabbul ‘Aalamiin. Di masjid ini, baru saja kita kumandangkan puji dan sanjung kita untuk Dia Yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Kita getarkan lidah kita dengan asma’-Nya yang suci dan kita syukuri nikmat-Nya. Saat ini pula kita teteskan air mata di pipi kita untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang selalu kita banggakan. Di bawah naungan langit-Nya yang luas, kita lakukan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Di atas sajadah panjang kita rebahkan tubuh kita, kita ratakan dahi kita, tersungkur di hadapan Allah yang Maha Agung.

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!

Marilah kita lihat ke kiri dan ke kanan kita. Marilah kita lihat orang-orang yang kita cintai adakah diantara mereka yang tidak dapat bergabung bersama kita di tempat ini? Adakah diantara mereka yang sudah meninggalkan kita kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa? Kemanakah ayah dan Ibu yang tahun lalu menyambut uluran tangan kita dengan tetesan air mata kasih sayang? Kemanakah kakak atau adik kita yang pada Lebaran lalu berbagi kebahagiaan bersama kita? Kemanakah tetangga atau sahabat dekat yang dahulu pernah memeluk kita dan mengucapkan selamat “Idul Fithri”? Ternyata semuanya tidak ada di sekitar kita. Mereka sudah mendahului kita ke alam baka. Mereka telah dahulu “mudik” ke kampung yang abadi. Tahun ini mereka telah meninggalkan kita. Tahun depan boleh jadi kita yang akan memperoleh giliran meninggalkan keluarga, karib kerabat dan sahabat-sahabat kita. Hari ini kita menangisi mereka. Esok lusa mungkin kita yang akan ditangisi saudara-saudara kita. Setiap saat malaikat maut mengepakkan sayapnya di atas kepala kita. Allah berfirman:
  
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Juma’ah/  62: 8).

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!

Dalam beberapa hari ini, saudara-saudara kita mudik ke kampung halaman mereka yang sementara, menemui orang-orang yang mereka sayangi, dengan membawa beban berat untuk diberikan kepada mereka. Mereka berangkat dengan suka rela, menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan dengan suka cita. Kita juga harus ingat, suatu saat kita juga akan mudik ke kampung halaman yang abadi, menemui Allah yang kita cintai, mungkin saja kita membawa beban dosa di atas punggung kita untuk diadili di atas timbangan keadilan Allah. Boleh jadi pada saat maut menjemput, kita harus pergi dengan terpaksa. Kita akan menempuh perjalanan panjang dan amat mengerikan.
Pada waktu mudik yang sebenarnya nanti, bagaimanakah persiapan kita? Al-Qur’an melukiskan perilaku kita pada saat mudik nanti. Kita akan masuk dalam salah satu dari dua golongan yang dilukiskan al-Qur’an itu.

Pertama apakah kita termasuk wujuuhun khaasyi’ah (wajah-wajah yang ketakutan), kedua apakah kita termasuk wujuuhun naa’imah (wajah-wajah yang ceria gembira). Namun jika kita melihat amalan-amalan kita, mungkin saja kita akan terkejut. Kita mungkin lebih dekat dengan wajah-wajah yang ketakutan dari pada wajah yang ceria. Bukankah kita sangat lalai dalam menjalankan ibadah kepada Allah? Bukankah di kesunyian malam, ketika Allah Yang Maha Rahman dan Rahim menanti kita untuk menemuinya, kita tertidur lelap seperti bangkai? Bukankah ketika berpuasa, lidah kita tetap saja menggunjing membicarakan orang lain dan bahkan memfitnah saudara-saudara kita sesama Muslim? Bukankah kita selalu menggunakan tangan kita untuk mendzalimi saudara-saudara kita?
Satu hal yang lebih mengerikan, kita sanggup bergembira di atas penderitaan orang lain. Kita tertawa bangga jika berhasil menghasut teman-teman kita untuk turut serta menyakiti orang yang kita benci. Dalam kondisi demikian, bagaimana mungkin kita akan memperoleh wajah yang ceria gembira kalau diri kita berlumuran dosa?

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang dimulyakan Alloh.

Ramadhan memang sudah meninggalkan kita, namun nilai nilai Ramadhan atau prestasi Ramadhan harus tetap berada di dada kita masing-masing.
Ada 4 nilai taqwa yang harus kita cermati dan menjadi perilaku kita, sebagaimana tanda-tanda orang yang puasanya diterima oleh Alloh SWT dijelaskan dalam Surat Ali Imran Ayat 134 :


"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Pertama, orang yang diterima puasanya itu senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam Bulan Ramadhan kita senantiasa membelajakan harta kita untuk kepentingan agamanya Alloh SWT. Mulai zakat , infaq dan shodaqoh yang kita keluarkan itulah harta kita yang sebenarnya. Dalam keadaan bagaimanapun, baik pada kondisi kita mempunyai harta benda (berada/kaya) dan  dalam kesulitan harta benda (miskin). Alloh sangat memuliakan kepada orang yang mengeluarkan hartanya dijalan Alloh apalagi dalam kondisi tidak punya/miskin masih mau menyisihkan hartanya untuk diinfaqkan. Seberapapun rezeki yang diberikan oleh Allah harus disyukuri dan disisihkan untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Oleh karena itu kepedulian, rasa simpati dan jiwa sosial harus berada dalam diri kita. Sebuah  kisah yang menjadi hikmah bagi kita.
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan.

”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah. "Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.

Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita.

Allah SWT berfirman:

÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,   (QS. (17) al Isro’ :7)
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih)

Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW :

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang dermawan dan loman terhadap sesama.





Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang kedua, ciri orang yang diterima puasanya itu selalu menahan amarahnya (emosionalnya). Puasa Ramadhan membentuk sifat sabar dan selalu bisa mengendalikan diri saat kita menjumpai kondisi yang membuat marah. Pengendalian diri itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar mendapat rahmat dari Alloh SWT. Diluar Ramadhan pengendalian diri itu juga menjadi prioritas untuk terbentuknya jiwa yang baik dan kuat.
Apabila ‘Umar Radhiyallahu anhu berkhutbah, ia berkata dalam khutbahnya:
أَفْلَحَ مِنْكُمْ مَنْ حُفِظَ مِنَ الطَّمَعِ، وَالْهَوَى، وَالْغَضَبِ
“Orang yang beruntung di antara kalian adalah orang yang terjaga dari ketamakan, hawa nafsu dan amarah.”

Kita menyadari betul bahwa saat ini masyarakat kita cepat sekali mengumbar amarah. Sedikit saja kena sulut dan provokasi yang dilakukan adalah kekerasan, misalnya pertengkaran, perkelaian, permusuhan, pengrusakan dan sebagainya. Hal ini terlihat benar bahwa keimanan dan kesabaran serta jiwa kekeluargaan masyarakat kita mulai nipis bahkan hilang. Kita hampir tidak melihat lagi masyarakat kita yang santun dan hidup rukun diantara satu dengan yang lain.
Nilai moral masyarakat dan generasi muda kita mulai hilang dari dadanya. Sikap ramah dan kekeluargaan mulai hilang. Dengan Ramadhan tahun ini kita kembalikan nilai-nilai  itu sehingga kita akan hidup berdampingan dengan penuh keharmonisan dan kekeluargaan.
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang selalu sabar dengan menahan amarahnya kepada orang lain.

Yang ketiga, ciri orang yang diterima puasanya itu dirinya akan selalu memaafkan kesalahan orang lain. Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain baik ucapan maupun tingkah laku. Oleh karena itu kesalahan tentu terjadi diantara kita. Sehingga puasa Ramadhan membentuk seorang muslim untuk selalu berjiwa besar dan berlapang dada, mau meminta maaf dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kesempatan inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat dengan sengaja atau tidak. Akhlaq kita yang terbaik adalah kita lupa tatkala kita melakukan kebaikan kepada orang lain, dan kita lupa tatkala orang lain membuat kesalahan kepada kita.
Kebiasaan yang kita lakukan setelah sholat Hari Raya Idul Fitri adalah saling memaafkan antara suami istri, antara anak dan orang tua, antara tetangga, antara juragan dan karyawan dll. Sang anak sujud kepada kedua orang tuanya, ” Wahai Ibu Bapak maafkan segala kesalahan anakmu ini, yang selama ini belum bisa membahagiakan ibu dan bapak Orang tua menjawab ” ya nak sama-sama semoga anakku menjadi anak yang sholeh dan sholihah, senantiasa berhasil apa yang menjadi cita-citamu sambil mengusap kepala sang anak, air matapun bercucuran dari mata anak dan orang tuanya. Itulah suasana yang mengharukan saat saling memaafkan. Oleh karena itu nuansa fitri walaupun jauh, tetap saja sang anak ini akan bersimpuh duduk dibawah pangkuan orang tua.
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang pemaaf setiap ada kesalahan orang lain.


Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!

Yang keempat, ciri orang yang diterima puasanya itu adalah selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluq Alloh SWT. Baik kepada manusia, hewan ,tumbuhan dan alam semesta. Orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada sesama maka Alloh akan menurunkan Rahmatnya kepada mereka. Sebagaimana Alloh berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
  “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)
Kuncinya adalah berbuat kebajikan kepada siapa saja. Dalam Yunus 58 Alloh juga berfirman :
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang selalu berbuat kebajikan.

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...

Yang tidak kalah pentingnya bagi kita saat Idul Fitri seperti ini adalah rasa persaudaraan satu dengan yang lain, rasa persatuan satu dengan yang lain, saling toleransi, saling menghormati,  sampai-sampai Allah SWT berfirman:



"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. " (QS. Al-Hujurat: 10)

Maka, kita pupuk terus persaudaraan itu, ikat ketatlah tali silaturrahmi sesama kita agar jiwa kerjasama tumbuh dengan subur, hormat menghormati satu sama lainnya lebih terasa, cinta-mencintai tambah kentara, tolong-menolong umpama jari, bantu-membantu setiap hari, benci dan dengki kita jauhi, dendam kesumat apalagi, tentu segera kita buang,supaya kita tetap menjadi orang yang beriman, Muslim sejati yang selalu taat pada Ilahi.
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan rahmat dan hidayah serta barokah : oleh karena itu prestasi Ramadahan harus tetap kita lakukan walaupun Ramadhan telah meninggalkan kita.
-  Biasanya kita di bulan Ramadhan mudah shodaqoh tentunya di bulan lain juga harus tetep mudah shodaqoh.
-  Biasanya kita di bulan Ramadhan Mudah ibadah, baik sholat maupun membaca al Qur’an di bulan lain juga harus tetep mudah ibadah.
-  Biasanya kita di bulan Ramadhan mudah sabar dan penuh pengertian di bulan lain juga harus tetep sabar dan pengertian kepada sesama.
-  Biasanya kita di bulan Ramadhan mudah untuk cinta kasih terhadap sesama di bulan lain juga harus tetep cinta kasih pada sesama.
-       Biasanya kita di bulan Ramadhan mudah untuk peduli dengan sesama dan lingkunganya di bulan lain juga harus tetep peduli terhadap lingkungan.
-       Dll.
Jangan sampai yang baik di bulan Ramadhan akan hilang saat ramadhan meninggalkan kita.

Allaahu Akbar 3x
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...
Semoga Alloh SWT menerima, puasa kita, zakat kita, tarawih kita, tadarus kita, shodaqoh kita, silaturrahim kita, sehingga dihari yang fitri ini kita akan kembali suci seperti bayi yang baru lahir. Dan semoga kita diberikan umur yang panjang sehingga kita bisa dipertemukan oleh Alloh pada Ramadhan yang akan datang, amin ya rabbal ‘alamin…