KHUTBAH IDUL FITRI 1440 H
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag., MM
“Prestasi Ramadhan dan “Mudik”
ke Kampung yang abadi”
Penyuluh Agama Islam Kab. Sidoarjo
Penyuluh Agama Islam Kab. Sidoarjo
Di Masjid Baitussalam
Larangan Mega Asri
Allaahu Akbar 3 x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar
Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang berbahagia!
Segala puji syukur kita
haturkan dari lubuk hati yang paling dalam kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia – Nya semata, kita semua dapat berkumpul di hari yang penuh dengan
kegembiraan, penuh dengan barokah, hari yang penuh dengan kemenangan dan
ampunan Allah SWT, yaitu di hari raya Idul Fitri 1440 H.
Pagi ini kita berkumpul lagi di halaman Masjid atas kebesaran Allah Rabbul ‘Aalamiin. Di masjid ini, baru saja kita kumandangkan puji dan sanjung kita
untuk Dia Yang Maha Kasih dan Maha Sayang. Kita getarkan lidah kita dengan
asma’-Nya yang suci dan kita syukuri nikmat-Nya. Saat ini pula kita teteskan
air mata di pipi kita untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang
selalu kita banggakan. Di bawah naungan langit-Nya yang luas, kita lakukan
ruku’ dan sujud kepada-Nya. Di atas sajadah panjang kita rebahkan tubuh kita,
kita ratakan dahi kita, tersungkur di hadapan Allah yang Maha Agung.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang berbahagia!
Marilah kita lihat ke kiri dan ke kanan kita. Marilah
kita lihat orang-orang yang kita cintai adakah
diantara mereka yang tidak dapat bergabung bersama kita di tempat ini? Adakah
diantara mereka yang sudah meninggalkan kita kembali kepada Allah Yang Maha
Kuasa? Kemanakah ayah dan Ibu yang tahun lalu
menyambut uluran tangan kita dengan tetesan air mata kasih sayang? Kemanakah
kakak atau adik kita yang pada Lebaran lalu berbagi kebahagiaan bersama kita?
Kemanakah tetangga atau sahabat dekat yang dahulu pernah memeluk kita dan
mengucapkan selamat “Idul Fithri”? Ternyata semuanya tidak ada di sekitar kita.
Mereka sudah mendahului kita ke alam baka. Mereka telah dahulu “mudik” ke
kampung yang abadi. Tahun ini mereka telah meninggalkan kita. Tahun depan boleh
jadi kita yang akan memperoleh giliran meninggalkan keluarga, karib kerabat dan
sahabat-sahabat kita. Hari ini kita menangisi mereka. Esok lusa mungkin kita
yang akan ditangisi saudara-saudara kita. Setiap saat malaikat maut mengepakkan
sayapnya di atas kepala kita. Allah berfirman:
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS.
Al-Juma’ah/ 62: 8).
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Dalam beberapa hari ini, saudara-saudara kita mudik ke
kampung halaman mereka yang sementara, menemui orang-orang yang mereka sayangi,
dengan membawa beban berat untuk diberikan kepada mereka. Mereka berangkat
dengan suka rela, menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan dengan suka
cita. Kita juga harus ingat, suatu saat kita juga akan mudik ke kampung halaman
yang abadi, menemui Allah yang kita cintai, mungkin saja kita membawa beban
dosa di atas punggung kita untuk diadili di atas timbangan keadilan Allah.
Boleh jadi pada saat maut menjemput, kita harus pergi dengan terpaksa. Kita
akan menempuh perjalanan panjang dan amat mengerikan.
Pada waktu mudik yang sebenarnya nanti, bagaimanakah
persiapan kita? Al-Qur’an melukiskan perilaku kita pada saat mudik nanti. Kita
akan masuk dalam salah satu dari dua golongan yang dilukiskan al-Qur’an itu.
Pertama apakah kita termasuk wujuuhun khaasyi’ah
(wajah-wajah yang ketakutan), kedua apakah kita termasuk wujuuhun naa’imah
(wajah-wajah yang ceria gembira). Namun jika kita melihat amalan-amalan kita,
mungkin saja kita akan terkejut. Kita mungkin lebih dekat dengan wajah-wajah
yang ketakutan dari pada wajah yang ceria. Bukankah kita sangat lalai
dalam menjalankan ibadah kepada Allah? Bukankah di kesunyian malam, ketika
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim menanti kita untuk menemuinya, kita tertidur
lelap seperti bangkai? Bukankah ketika berpuasa, lidah kita tetap saja
menggunjing membicarakan orang lain dan bahkan memfitnah
saudara-saudara kita sesama Muslim? Bukankah kita selalu menggunakan tangan
kita untuk mendzalimi saudara-saudara kita?
Satu hal yang lebih mengerikan, kita sanggup
bergembira di atas penderitaan orang lain. Kita tertawa bangga jika berhasil
menghasut teman-teman kita untuk turut serta menyakiti orang yang kita benci.
Dalam kondisi demikian, bagaimana mungkin kita akan memperoleh wajah yang ceria
gembira kalau diri kita berlumuran dosa?
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Ramadhan memang sudah
meninggalkan kita, namun nilai nilai Ramadhan atau prestasi
Ramadhan harus tetap berada di dada kita masing-masing.
Ada 4 nilai taqwa
yang harus kita cermati dan menjadi perilaku kita, sebagaimana tanda-tanda
orang yang puasanya diterima oleh Alloh SWT dijelaskan
dalam Surat Ali Imran Ayat 134 :
"(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Pertama, orang yang diterima
puasanya itu senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam Bulan
Ramadhan kita senantiasa membelajakan harta kita untuk kepentingan agamanya
Alloh SWT. Mulai zakat , infaq dan shodaqoh yang kita keluarkan itulah harta kita yang
sebenarnya. Dalam keadaan bagaimanapun, baik pada kondisi kita
mempunyai harta benda (berada/kaya) dan dalam kesulitan harta benda (miskin).
Alloh sangat memuliakan kepada orang yang mengeluarkan hartanya dijalan
Alloh apalagi dalam kondisi tidak punya/miskin masih mau menyisihkan hartanya
untuk diinfaqkan. Seberapapun rezeki yang diberikan oleh Allah harus
disyukuri dan disisihkan untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Oleh karena
itu kepedulian, rasa simpati dan jiwa sosial harus berada dalam diri kita.
Sebuah kisah yang menjadi hikmah bagi
kita.
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu
Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada
seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok
masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia
tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu
Hurairah pun segera menawarkan bantuan.
”Mari keluar
bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.
"Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang
tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan
saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama
sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong
sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran
kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang
lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri.
Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita.
Allah SWT
berfirman:
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4
Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, (QS. (17) al Isro’ :7)
Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ كَانَ
فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa
membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq
'alaih)
Jika kita
menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia,
tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah
memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat
kelak.
Hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW :
“Siapa yang
menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah
akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan
orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat” (HR. Muslim)
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang dermawan dan loman terhadap
sesama.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang kedua, ciri orang yang diterima puasanya itu selalu menahan
amarahnya (emosionalnya). Puasa Ramadhan membentuk sifat sabar dan selalu
bisa mengendalikan diri saat kita menjumpai kondisi yang membuat marah.
Pengendalian diri itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar mendapat
rahmat dari Alloh SWT. Diluar Ramadhan pengendalian diri itu juga menjadi
prioritas untuk terbentuknya jiwa yang baik dan kuat.
Apabila
‘Umar Radhiyallahu anhu berkhutbah, ia berkata dalam khutbahnya:
أَفْلَحَ
مِنْكُمْ مَنْ حُفِظَ مِنَ الطَّمَعِ، وَالْهَوَى، وَالْغَضَبِ
“Orang yang beruntung di antara kalian adalah orang
yang terjaga dari ketamakan, hawa nafsu dan amarah.”
Kita menyadari betul
bahwa saat ini masyarakat kita cepat sekali mengumbar amarah. Sedikit saja kena
sulut dan provokasi yang dilakukan adalah kekerasan, misalnya pertengkaran, perkelaian,
permusuhan, pengrusakan dan sebagainya. Hal ini terlihat benar bahwa keimanan
dan kesabaran serta jiwa kekeluargaan masyarakat kita mulai nipis bahkan
hilang. Kita hampir tidak melihat lagi masyarakat kita yang
santun dan hidup rukun diantara satu dengan yang lain.
Nilai moral
masyarakat dan generasi muda kita mulai hilang dari dadanya. Sikap ramah dan
kekeluargaan mulai hilang. Dengan Ramadhan tahun ini kita kembalikan
nilai-nilai itu sehingga kita akan hidup
berdampingan dengan penuh keharmonisan dan kekeluargaan.
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang selalu sabar dengan menahan
amarahnya kepada orang lain.
Yang ketiga, ciri orang yang diterima puasanya itu dirinya akan selalu
memaafkan kesalahan orang lain. Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat
tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain baik ucapan maupun tingkah
laku. Oleh karena itu kesalahan tentu terjadi diantara kita. Sehingga puasa
Ramadhan membentuk seorang muslim untuk selalu berjiwa besar dan berlapang
dada, mau meminta maaf dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kesempatan
inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan kesalahan dan meminta maaf atas
kesalahan yang kita perbuat dengan sengaja atau tidak. Akhlaq kita yang terbaik adalah
kita lupa tatkala kita melakukan kebaikan kepada orang lain, dan kita lupa
tatkala orang lain membuat kesalahan kepada kita.
Kebiasaan yang kita lakukan
setelah sholat Hari Raya Idul Fitri adalah saling memaafkan antara suami istri,
antara anak dan orang tua, antara tetangga, antara juragan dan karyawan dll. Sang anak sujud kepada kedua
orang tuanya, ” Wahai Ibu Bapak maafkan segala kesalahan anakmu ini, yang selama ini belum bisa
membahagiakan ibu dan bapak” Orang tua menjawab ” ya nak sama-sama semoga anakku
menjadi anak yang sholeh dan sholihah, senantiasa berhasil apa yang
menjadi cita-citamu” sambil mengusap kepala sang anak, air matapun bercucuran
dari mata anak dan orang tuanya. Itulah suasana yang mengharukan saat saling
memaafkan. Oleh karena itu nuansa fitri walaupun jauh, tetap saja sang anak ini akan bersimpuh
duduk dibawah pangkuan orang tua.
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang pemaaf setiap ada kesalahan
orang lain.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang keempat, ciri orang yang diterima
puasanya itu adalah
selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluq Alloh SWT. Baik kepada manusia,
hewan ,tumbuhan dan alam semesta. Orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada
sesama maka Alloh akan menurunkan Rahmatnya kepada mereka. Sebagaimana Alloh
berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ
الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)
Kuncinya adalah
berbuat kebajikan kepada siapa saja. Dalam Yunus 58 Alloh juga berfirman :
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang selalu berbuat kebajikan.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...
Yang tidak kalah
pentingnya bagi kita saat Idul Fitri seperti ini adalah rasa persaudaraan satu dengan
yang lain, rasa persatuan satu dengan yang lain, saling toleransi, saling
menghormati, sampai-sampai
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara.
" (QS. Al-Hujurat: 10)
Maka, kita pupuk
terus persaudaraan itu, ikat ketatlah tali silaturrahmi sesama kita agar jiwa
kerjasama tumbuh dengan subur, hormat menghormati satu sama lainnya lebih
terasa, cinta-mencintai tambah kentara, tolong-menolong umpama jari,
bantu-membantu setiap hari, benci dan dengki kita jauhi, dendam kesumat
apalagi, tentu segera kita buang,supaya kita tetap menjadi orang yang beriman,
Muslim sejati yang selalu taat pada Ilahi.
Ramadhan adalah bulan
yang penuh dengan rahmat dan hidayah serta barokah : oleh karena itu prestasi Ramadahan
harus tetap kita lakukan walaupun Ramadhan telah meninggalkan kita.
- Biasanya kita di
bulan Ramadhan mudah shodaqoh tentunya di bulan lain juga harus tetep mudah
shodaqoh.
- Biasanya kita di
bulan Ramadhan Mudah ibadah, baik sholat maupun membaca al Qur’an di bulan lain
juga harus tetep mudah ibadah.
- Biasanya kita di
bulan Ramadhan mudah sabar dan penuh pengertian di bulan lain juga harus tetep
sabar dan pengertian kepada sesama.
- Biasanya kita di
bulan Ramadhan mudah untuk cinta kasih terhadap sesama di bulan lain juga harus tetep cinta kasih
pada sesama.
-
Biasanya kita di bulan Ramadhan mudah untuk peduli dengan
sesama dan lingkunganya di
bulan lain juga harus tetep peduli terhadap lingkungan.
-
Dll.
Jangan sampai yang
baik di bulan Ramadhan akan hilang saat ramadhan meninggalkan kita.
Allaahu
Akbar 3x
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...
Semoga Alloh SWT menerima, puasa
kita, zakat kita, tarawih kita, tadarus kita, shodaqoh kita, silaturrahim kita, sehingga dihari yang
fitri ini kita akan kembali suci seperti bayi yang baru lahir. Dan semoga kita diberikan umur yang panjang sehingga
kita bisa dipertemukan oleh Alloh pada Ramadhan yang akan datang, amin ya
rabbal ‘alamin…