Indikator kebahagiaan manusia dunia
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag.,MM
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ
الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ
بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Suatu hari ia Ibnu Abbas pernah ditanya oleh para tabi’in tentang mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia.
Siapa yang
tidak kenal dengan Ibnu Abbas. Sahabat senior yang selalu menyertai baginda
Rosulullah sallallahu alaihi wasallam. Dikalangan para mufassir, beliaulah
terunggul di antara yang lain. pada umur 9 tahun saja ibnu Abbas kecil telah
hafal Al-Qur’an dan menjadi imam masjid. Sampai Nabi pun pernah berdo’a khusus
untuk beliau.
“Allahumma faqqohhu
fiidaini,wa a’llamhutta’wiila”artinya:“ya Allah,berilah kepadanya pemahaman tentang agama dan ajarilah dia tentang takwil”
Ibnu Abbas
menjawab, ada 7 indikator mengenai kebahagiaan dunia, yang 4 diantaranya adalah
sebagai berikut :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu
bersyukur.Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.
Bila
sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS Al Baqarah : 152)
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’du : 28)
Saat
Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda
yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya
kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya
Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya
sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu
saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu
sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya
Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada
orang tua ?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadits tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. Salah satu amal jariyah yang tidak akan putus amalnya adalah awwaladun sholihun yad’ulah, anak sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadits tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. Salah satu amal jariyah yang tidak akan putus amalnya adalah awwaladun sholihun yad’ulah, anak sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia. (QS. Al Isra’ : 23)
74. dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al Furqon : 74)
Yang
dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun
tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang
yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya,
Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang
sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan
mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
Orang-orang
sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang
selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut
menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu
dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
69. dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin[314], orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS An Nisa’ : 69)
55. dan tetaplah memberi peringatan, karena
Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Ad
Dzariyat : 55)
Keempat, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami
agama.
Semangat
memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam.
Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi
ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.
Allah
menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin
cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya.
Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Semangat
memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati
yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah
orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
20. Al Quran ini adalah pedoman bagi
manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS.Jaatsiiyah: 20)
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(QS Ali Imron : 138)
Amal soleh
yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat
malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh
sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan
nikmat surga yang dijanjikan Allah.
Kata Nabi
SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”.
Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab
Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat
kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW
kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan
Allah semata”.
Jadi
sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga
tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita
mendapatkan surga Allah
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Sidoarjo
Semoga
manfaat...aamiin