Senin, 17 Agustus 2020
Selasa, 26 Mei 2020
ANTARA PEDAGANG DAN CORONA
ANTARA PEDAGANG DAN CORONA
Kondisi seperti ini membuat hati tersayat asayat. Karena melihat para
pedagang di pasar, pinggir jalan terlihat sepi pembeli belum ada yang
membelinya. Sungguh suatu keadaan yang sangat memprihatinkan, saya melihatnya
sampai ternyuh (jawa). Memang virus corona atau covid 19 yang mewabah di negara
kita ini dapat menyebabkan semua element masyarakat terpengaruh termasuk para
pedagang kecil yang setiap hari mencari rezeki dari menjajakan dagangannya
untuk menyambung hidupnya. Hari ini mencari uang untuk makan hari ini dan
seterusnya.
Kita sebenarnya ingin
bergerak tapi bagaimana cara dan tindakan untuk bergerak. Rasanya ingin membeli
semua makanan, sayur dan dagangan yang lain, namun apa daya tangan tak sampai. Begitu
gigihnya masyarakat kita untuk mempertahankan hidupnya Ya Alloh. Berilah kekuatan
dan kesabaran . sungguh mereka ingin mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik.
Engkau Ya Alloh telah berjanji dalam Al Qur’an
Surat Ar Ra’d ayat 11 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا
مَا بِأَنْفُسِهِمْ “ Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga
mereka mengubahnya sendiri”. Adalah bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan yang
menempel (melekat) pada mereka. Sementara perubahan ilahi atas keadaan yang menempel
(melekat) pada suatu kaum itu terjadi pada empat kemungkinan:
Pertama: pada orang-orang yang taat kepada Allah, lalu
ketaatan kepada-Nya bertambah menjadi syukur. Sehingga Allah mengubah keadaan
mereka dari yang baik menjadi lebih baik, sesuai dan sejalan dengan firman
Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu.” (TQS Ibrahim [14] : 7). Dan
firman-Nya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi.” (TQS Al-A’raf [7] : 96).
Kedua: pada orang-orang yang taat kepada Allah SWT,
lalu mereka berubah dari ketaatan pada kemaksiatan, dan dari keimanan pada
kekufuran. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang baik
menjadi keadaan yang buruk, sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat.” (TQS An-Nahl [16] : 112).
Ketiga: pada orang-orang yang bermaksiat kepada
Allah, lalu mereka berubah dari kemaksiatan pada ketaatan, dan dari kekufuran
pada keimanan. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk
menjadi keadaan yang baik, sesuai dan sejalan dengan firman Allah dalam hadits
qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Naim (dalam Kanzul Ummal, hadits no: 44.166)
dari Umair bin Abdil Malik, yang mengatakan: Ali bin Abi Thalib pernah
berkhutbah untuk kami di atas mimbar Kufah. Dia berkata: “Dulu, jika aku diam
di depan Rasulullah saw, maka beliau yang memulai pembicaraan. Jika aku
bertanya kepada beliau tentang berita, maka beliau memberitakannya kepadaku.
Beliau pernah memberitakan kepadaku dari Rabb beliau azza wa
jalla yang berfirman:
وَعِزَّتِي وَجَلالِي وَارْتِفَاعِي فَوْق
عَرْشِي، مَا مِنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ وَلا بَيْتٍ وَلا رَجُلٍ بِبَادِيَةٍ، كَانُوا
عَلَى مَا كَرِهْتُ مِنْ مَعْصِيَتِي, ثُمَّ تَحَوَّلُوا عَنْهَا إِلَى مَا
أَحْبَبْتُ مِنْ طَاعَتِي إِلا تَحَوَّلْتُ لَهُمْ عَمَّا يَكْرَهُونَ مِنْ
عَذَابِي إِلَى مَا يُحِبُّونَ مِنْ رَحْمَتِي.
“Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi
ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu
keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan
perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka
mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa
ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci
menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.”
Keempat: pada orang-orang yang bermaksiat kepada
Allah, lalu mereka semakin bermaksiat—na’ūdzu billāh. Sehingga Allah
mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk menjadi lebih buruk, agar
mereka kembali kepada ketaatan, sesuai dan sejalan dengan potongan firman Allah
dalam hadits qudsi di atas: “Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi
ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu
keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan
perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka
mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa
ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci
menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.” Juga sesuai dan sejalan
dengan firman Allah SWT: “Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka
sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di
akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS
As-Sajdah [32] : 21).
https://mediaumat.news/
Namun dibalik kegigihan mereka di pasar, kami sangat prihatin ternyata
mereka sangat tidak peduli dengan kesehatan mereka dan orang lain. Ternyata sangat
jarang yang memakai masker untuk melindungi dirinya dari virus. Seolah protokol kesehatan tidak diindahkan
sama sekali. Padahal semua himbauan dan
anjuran dari pemerintah sudah disampaikan dan gencar dipromosikan. Memakai masker
adalah langkah ikhtiar untuk memutus virus corona. Kita tidak ingin kasus di
Pasar Larangan dan Sukodono terulang dan menular kepada yang lain. Semoga mereka
senantiasa diberikan kesehatan sehingga terhindar dari virus yang mematikan
ini.
Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo
Senin, 25 Mei 2020
MEMBERIKAN RASA NYAMAN
MEMBERIKAN RASA NYAMAN
Peran seorang
penyuluh di tengah-tengah badai Covid 19 salah satunya adalah memberikan rasa
nyaman dan aman dari virus corona. Berbagai langkah dilakukan termasuk
penyemprotan disinfektan di rumah warga sebagai bentuk kepedulian dan bentuk dakwah
yang tidak kalah dengan yang lain. Apapun bentuk kegiatan dan aksi yang
bermanfaat bagi orang lain adalah bentuk atau wujud sabda Rasul : “sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat kepada orang lain”
Corona memang sangat terasa memberikan dampak terhadap
sendi kehidupan manusia dengan berbagai macam hal diantaranya adalah kesehatan,
ekonomi, sosial. Namun yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat kita adalah
dampak ekonomi. Banyak diantara masyarakat kita yang tidak lagi bekerja, tidak
bisa jualan, PHK, pemotongan gaji dan lain-lain.
Sungguh ini merupakan kondisi yang sulit dan
memprihatinkan. Salah satu yang kita perbuat untuk sedikit meringankan beban
mereka adalah mencoba menggalang kepedulian atau partisipasi warga dalam bentuk
donasi dari tetangga kanan kiri. Bentuk donasi
ini bisa berbentuk uang dan sembako. Sedikit yang kita lakukan semoga bisa
manfaat dan berguna bagi mereka yang membutuhkan. Karena kita mengtahui bahwa kebaikan yang
kita lakukan akan kembali kepada kita sendiri dan kejahatan yang kita lakukan
akan juga kembali kepada kita sendiri. Firman Alloh dalam surat al Isro’
ayat :7
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ
لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri ..”
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri ..”
Jika kita menolong orang lain, Allah
akan menolong kita.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka
Allah membantu keperluannya.
(Muttafaq 'alaih)
Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo
SILATURRAHIM TANPA KUNJUNG
SILATURRAHIM TANPA KUNJUNG
Hampa rasanya silaturrahim tanpa kunjung
mengunjungi satu dengan yang lain. Namun ini memang terjadi dan nyata pada saat
ini. Pada masa Pandemi Covid 19 ini semua aktivifas yang melibatkan orang
banyak tidak dilakukan, misalnya Halal bi Halal yang biasa dilakukan pada saat Hari
Raya Idul Fitri.
Tahun ini hanya memalui video call atau melalui
WA, telpon dan lainya. Namun demikian tidak mengurangi makna dari hubungan silaturrahim
diantara sesama kita. Pemanfaatan teknologi atau alat komunikasi sangat dominan
dari pada harus berkunjung. Hal ini bisa mengurangi rasa rindu tanah kelahiran
atau kampung halaman yang kebiasaannya mudik setiap tahunnya. Himbauan tidak
mudik sungguh merupakan sebuah anjuran yang jauh dari kelaziman. Namun karena
aturan dan keputusan pemerintah maka harus dilakukan dan dijalankan. Sehingga saling
sowan orang tua, saudara, tetangga di kampung halaman tahun ini rasanya tidak
terlaksana.
Memang sedih biasanya berkumpul dengan orang tua,
saudara-saudara, makan bersama, saling cerita dengan keluarga, tukar menukar
pengalaman, bercengkrama, jalan-jalan mengunjungi saudara yang dipelosok desa saat
ini harus kita tahan dan dilakukan waktu-waktu yang akan datang.
Walaupun demikian kita tahu bahwa keutamaan mudik sangat
banyak dan besar sekali diantaranya:
1.
Mengingatkan jati diri tentang diri kita. Karena mudik
adalah hal yang sangat fitrah. Saat mudik akan kelihatan jati diri yang
sesungguhnya siapa diri kita yang sebenarnya.
2.
Menguatkan dan mengokohkan silaturrahim. Kita tahu
mudik bisa digunakan sebagai sarana untuk rehat sejenak dari semua aktivitas
kita setiap hari. Yang selama ini bekerja setiap hari maka saat mudiklah waktu
yang tepat untuk meluangkan pikiran dan otot kita.
3.
Mewujudkan bentuk bakti kita terhadap orang tua. Ridho
Alloh tergantung ridho orang tua, benar benar akan dilihat kita sowan ke orang
tua atau saat mudik. Namun hal tersebut
saat ini belum bisa kita lakukan karena terkendala diberlakukan anjuran
pemerintah tidak mudik. Sehingga sowan ke orang tua hanya melalui telpon dan
lain-lain.
Namun demikian tidak
mudik ke kampung halamanpun juga mempunyai keutamaan diantaranya.
1.
Mentaati himbauan ulama dan umara
2.
Memutus wabah corona
3.
Yang kita siapkan adalah mudik ke kampung halaman
yang utama yaitu kampung akhirat.
Kita ini milik Alloh dan akan
kembali kepada Alloh kembali.
(net. Ust Alinudin)
Oleh karena itu istiqomah dalam beribadah setelah Ramadhan adalah merupakan
konsekuensi logis yang harus kita lakukan dengan penuh ridhlo Alloh SWT.
Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo
Sabtu, 23 Mei 2020
“Idul Fitri ditengah-tengah ujian Alloh SWT berupa wabah Covid 19”
KHUTBAH IDUL FITRI 1441 H
“Idul Fitri ditengah-tengah ujian
Alloh SWT berupa wabah Covid 19”
Oleh : Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Syukur
alhamduillah pada pagi ini kita telah selesai melaksakan serangkaian ibadah di bulan suci Ramadan, baik ibadah puasa,
shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, zakat fitrah, dan diakhiri dengan shalat idul Fitri. Tentunya kita
berharap semoga seluruh rangkaian ibadah kita diterima oleh Allah SWT, serta mengantarkan kita kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Idul Fitri adalah ungkapan rasa syukur atas
menguatnya nilai-nilai spritual dan sosial dalam diri kita. Rangkaian ibadah puasa sangat penting dalam merawat
dan mengembangkan kualitas keimanan dan kualitas
kepedulian kita terhadap sesama. Idul fitri bukanlah hari
bermewah-mewahan dengan
memakai pakaian baru atau
makanan serba lezat. Namun Idul Fitri haruslah dimaknai sebagai momentum awal untuk mempertahankan kualitas ketaatan dan komitmen untuk tidak melakukan
doa kepada Allah SWT.
Itulah esensi Idul Fitri yang kita rayakan
pada hari
ini.
Tugas kita adalah berjuang
secara sungguh sungguh
agar bisa menciptakan hari raya setiap hari dengan melakukan
ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada- Nya
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Namun Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sangat
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada saat ini kita diberi ujian
dan cobaan oleh Alloh SWT yaitu adanya wabah Virus Corona yang merebak di
seantero dunia. Apa yang terjadi saat ini adalah merupakan kehendak Alloh SWT.
Lalu bagaimana sikap kita selaku umat mukmin :
1.
Sikap Proporsianal dalam menghadapi wabah Cavid-19, yaitu diperlukan sikap yang adil dan
proporsianal sesuai prinsip-prinsip Ahlussunah wal Jama'ah. Yakin dengan sebenarnya bahwa seluruh
penyakit Alloh yang menurunkan dan itu menjadi rahasia Alloh SWT.
2.
Sikap optimisme dalam menghadapi
musibah ini, karena kita yakin bahwa Alloh yang menurunkan penyakit dan Alloh sendiri
yang akan mengangkatnya.
Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat Al An’am ayat 17 :
وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ
بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al an’am:17)
Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu
Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Ditengah-tengah
musibah dan wabah penyakit saat ini bulan ramadhan yang penuh
berkah dan ampunan sudah meninggalkan kita, namun nilai nilai Ramadhan atau prestasi
Ramadhan harus tetap berada di dada kita masing-masing.
Ada 4 nilai taqwa
yang harus kita cermati dan menjadi perilaku kita, sebagaimana tanda-tanda
orang yang puasanya diterima oleh Alloh SWT dijelaskan
dalam Surat Ali Imran Ayat 134 :
"(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Pertama, orang yang diterima
puasanya itu senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam Bulan
Ramadhan kita senantiasa membelajakan harta kita untuk kepentingan agamanya
Alloh SWT. Mulai zakat , infaq dan shodaqoh yang kita keluarkan itulah harta kita yang
sebenarnya. Dalam keadaan bagaimanapun, baik pada kondisi kita
mempunyai harta benda (berada/kaya) dan dalam kesulitan harta benda (miskin).
Alloh sangat memuliakan kepada orang yang mengeluarkan hartanya dijalan
Alloh apalagi dalam kondisi tidak punya/miskin masih mau menyisihkan hartanya
untuk diinfaqkan. Seberapapun rezeki yang diberikan oleh Allah harus
disyukuri dan disisihkan untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Oleh karena
itu kepedulian, rasa simpati dan jiwa sosial harus berada dalam diri kita.
Sebuah kisah yang menjadi hikmah bagi
kita.
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu
Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada
seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok
masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia
tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu
Hurairah pun segera menawarkan bantuan.
”Mari keluar
bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.
"Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang
tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi
kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini
selama sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong
sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran
kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang
lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri dan berinvestasi akhirat.
Allah SWT
berfirman:
Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, (QS. (17) al Isro’ :7)
Jika kita
menolong orang lain, Allah akan menolong kita.
Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ كَانَ
فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa
membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq
'alaih)
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap
sesama.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang kedua, ciri orang yang diterima puasanya itu selalu menahan
amarahnya (emosionalnya). Puasa Ramadhan membentuk sifat sabar dan selalu
bisa mengendalikan diri saat kita menjumpai kondisi yang membuat marah.
Pengendalian diri itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar mendapat
rahmat dari Alloh SWT. Diluar Ramadhan pengendalian diri itu juga menjadi
prioritas untuk terbentuknya jiwa yang baik dan kuat.
Yang ketiga, ciri orang yang diterima puasanya itu dirinya akan selalu
memaafkan kesalahan orang lain. Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat
tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain baik ucapan maupun tingkah
laku. Oleh karena itu kesalahan tentu terjadi diantara kita. Sehingga puasa
Ramadhan membentuk seorang muslim untuk selalu berjiwa besar dan berlapang
dada, mau meminta maaf dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kesempatan
inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan kesalahan dan meminta maaf atas
kesalahan yang kita perbuat dengan sengaja atau tidak. Akhlaq kita yang terbaik adalah
kita lupa tatkala kita melakukan kebaikan kepada orang lain, dan kita lupa
tatkala orang lain membuat kesalahan kepada kita.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang keempat, ciri orang yang diterima
puasanya itu adalah
selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluq Alloh SWT. Baik kepada manusia,
hewan ,tumbuhan dan alam semesta. Orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada
sesama maka Alloh akan menurunkan Rahmatnya kepada mereka. Sebagaimana Alloh
berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ
الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi
orang yang selalu berbuat kebajikan.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...
Ditengah-tengah kondisi yang saat ini kita alami
adalah suatu kondisi yang penuh dengan keprihatinan. Oleh karena bekal yang
sangat baik adalah nilai Ramadhan senatiasa kita abadikan dalam kehidupan kita
sehari hari. Selain itu keteguhan iman dan keyakinan bahwa akan ada perubahan
yang lebih baik terutama wabah akan segera berakhir harus kita tekankan dalam
diri kita masing-masing. Sekaligus selalu berdoa kepada Alloh SWT semoga kita
diberi keteguhan iman dan diberi kesehatan oleh Alloh lahir maupun batin..aamin
ya rabbal ‘alamin.
Selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir batin.
Langganan:
Postingan (Atom)