Minggu, 27 November 2022

Ukhuwan Islamiyah

 

Ukhuwan Islamiyah

Ukhuwan islamiyah dihiasi dengan akhlaqul karimah. Akhlaq yang menjaga perasaan saudaranya, menjaga harta dan jiwa setiap mukmin. Seorang mukmin mendambakan karunia lidah yang jujur, sebagaimana dlam al Qur’an surat Asy-Syuu’ara : 84

وَاجْعَلْ لِّيْ لِسَانَ صِدْقٍ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۙ

Terjemahan

dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Namanya tetap bersinar, sikapnya tetap diagungkan, keturunannya banyak yang diangkat Allah menjadi nabi, hingga yang terakhir adalah Nabi Muhammad Sallallhu ‘alaihi wa sallam.

 

Alloh mencintai sebagian hamba Nya dan memberikan karunianya dan budi pekerti yang luhur. Nabi Muhammad SAW dipuji oleh Alloh SWT dalam firmanNya : Surat Ali  Imran : 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

 

 

Terjemahan

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Contohnya pada saat perang uhud…nabi berlaku lemah lembut kepada yang melanggar penjanjian

 

 

QS al Baqarah : 269

يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya: Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Referensi : https://tafsirweb.com/1035-surat-al-baqarah-ayat-269.html

Tujuan Bekerja dalam Islam

 

Tujuan Bekerja dalam Islam 

Tujuan bekerja dalam Islam perlu diketahui setiap muslim. Bekerja merupakan salah satu amal saleh yang menjadi kewajiban setiap umat Islam. Tentunya, Islam menganjurkan dan mewajibkan manusia untuk bekerja dan mencari rezeki yang halal dan baik.

Bekerja dalam Islam merupakan usaha yang dilakukan dengan serius dengan cara mengerahkan semua tenaga dan pikiran. Tujuan bekerja dalam Islam tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan uang, tetapi menjadi salah satu bentuk atau cara menjalankan perintah Allah SWT. Pasalnya, bekerja dalam Islam adalah aktivitas yang bernilai ibadah.

Sebelum mengetahui tujuan bekerja dalam islam, kenali juga hukum bekerja bagi umat muslim. Islam merupakan salah satu agama yang menganjurkan manusia untuk bekerja.

Islam sangat membenci pengangguran dan menyukai orang-orang yang mau bekerja keras. Secara fiqih, bekerja mencari nafkah adalah wajib, sedangkan berpangku tangan hukumnya adalah haram.

Seseorang yang menganggur, berarti tidak memanfaatkan anugerah yang telah diberikan Allah SWT. Pasalnya, secara fitrah, manusia adalah makhluk sempurna yang memiliki beragam potensi. Anjuran untuk bekerja ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, artinya:

"Bekerja mencari yang halal itu suatu kewajiban sesudah kewajiban beribadah." (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Islam memerintahkan umat manusia untuk memiliki etos kerja tinggi. Sebaliknya, Islam membenci orang-orang yang malas dan tidak mau bekerja. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam hadis berikut:

"Sungguh aku marah kepada orang yang nganggur, yang tidak melakukan amal dunia maupun amal akhirat" (HR. at-Thabrani)

 

Tujuan Bekerja dalam Islam

Dalam Islam, rezeki memang menjadi urusan Allah dan sebagai hamba-Nya, umat manusia diwajibkan untuk selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencari rezeki yang halal. Bekerja merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan setiap orang. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah satu surah Alquran, (QS. Al-Mu’minun [23]: 51)

 

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ

artinya: "Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

 

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:لَوْ اَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ, تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.

Artinya: "Dari Umar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang”. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah, no. 4164]

 

Bekerja bukan hanya semata-mata mencari uang untuk makan. Lebih dari itu, bekerja dalam Islam memiliki beberapa tujuan, antara lain:

 

Beribadah

Salah satu tujuan bekerja dalam Islam adalah beribadah. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk jihad di jalan Allah SWT. Bekerja dalam Islam memiliki nilai yang sejajar dengan melaksanakan rukun Islam.

Dengan demikian, maka bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia.

Mendapatkan Rezeki Halal

Tujuan bekerja dalam Islam selanjutnya, yaitu mendapatkan rezeki yang halal. Allah menjanjikan kepada manusia akan memberikan rezeki yang halal asalkan mau bekerja secara profesional dan cerdas melalui etos kerja tinggi. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah satu hadis, artinya:

 

“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil dan siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarga maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla (H.R. Ahmad).

Dalam hadits lain Rasul menyampaikan :

إِنَّ مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آجَرَ نَفْسَهُ ثَمَانِيَ سِنِيْنَ أَوْ عَشْرًا عَلَى عِفَّةِ فَرْجِهِ وَطَعَامِ بَطْنِهِ

Artinya: “Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan tahun atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan makanan (halal) bagi perutnya.” (HR. Ibnu Majah).

 

 

Menghapus Dosa

Dalam Islam, mencari nafkah yang halal adalah sebuah kewajiban. Sebab, bekerja menjadi salah satu amalan yang dapat menghapus dosa.

Sebagian dosa tidak bisa dihapuskan dengan sedekah, istighfar, atau wiridan. Namun, yang dapat menghapus dosa adalah mencari rezeki halal.

مَنْ اَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدَيْهِ اَمْسَى مَغْفُوْرًا لَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani).

 

Kebaikan Sosial

Tujuan bekerja dalam Islam lainnya, yaitu mencari kebaikan sosial. Setiap muslim yang bekerja, dapat membantu saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan dengan cara bersedekah.

مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ

Artinya: “Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah.” (HR. Ibnu Majah).

Maka dari itu, ibadah bukan berarti harus datang ke masjid, menghadiri pengajian, dan lainnya. Dengan bekerja mencari rezeki yang halal, setiap muslim dapat meringankan fakir miskin, membangun masjid, pondok pesantren, dan amal saleh lainnya.

 

 

 

 

 

Hikmah Gerhana Bulan

 

Hikmah Gerhana Bulan


Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan bertakwa kita akan berbahagia, baik di dunia, maupun di akhirat kelak, dan sebaliknya manakala kita tidak mau bertakwa, kita akan celaka, baik di dunia, maupun di akhirat nanti.

Pertama : merupakan tanda-tanda kekuasaan Alloh yang bisa dijadikan bahan perenungan dan bertafakkur untuk menemukan dan membuktikan kemahabesaran Alloh SWT

QS Yunus ayat 6 :

اِنَّ فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.

Jangan sampai kita gelap mata dan hati, gelap rasa kemudian tidak peduli sama sekali dengan tanda-tanda kebesaran Alloh SWT sebagai peringatan kepada kita umat manusia.

Kedua : Alam jagat raya yang besar ini tidak lepas dari kendali sang Pencipta : QS Yunus ayat 107 :

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

107. jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ketiga : Peristiwa ini mengisyaratkan kemahakuasaan Alloh SWT yang bisa menciptakan peristiwa yang lebih dasyat, sebagaimana Alloh berfirman QS. Infithar ayat 1-5 :

·         اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡ

·         وَاِذَا الۡكَوَاكِبُ انْتَثَرَتۡ

·         وَاِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ

·         وَاِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ

·         عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَاَخَّرَتۡؕ‏

 

Artinya :

1. apabila langit terbelah,

2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

3. dan apabila lautan menjadikan meluap,

4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

5.  Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang ilalaikannya.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Sesunggunya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, makan berdoalah kepada Allah SWT dan dirikan shalat hingga (matahari) kembali tampak." (HR. Al-Bukhari).

Kesimpulan dari khutbah yang kami sampaikan bahwa :

1.   Tanda tanda kebesaran Alloh SWT ada yang tersirat dan ada yang tersurat.

2.   Yang tersurat yaitu di Al Qur’an sebagai pedoman umat manusia, segala sesuatu yang ada disekitar kita adalah merupakan tandak tanda kebesaran dan kekuasaan Alloh SWT yang tersirat, sudah merupakan kewajiban bagi orang yang bertaqwa untuk menyakininya.

Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan dari Alloh SWT untuk bisa menjalankan seluruh ketentuan dan kehendak Alloh didunia dan akhirat. Amin.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tata Cara Shalat Gerhana Bulan
Shalat gerhana bulan dilakukan sebanyak dua rakaat sebagaimana shalat sunah pada umumnya. Hanya saja terdapat sedikit perbedaan dalam pelaksanaannya karena terdapat empat kali rukuk dalam dua rakaat tersebut.

Dilansir dari laman Kemenag, berikut tata cara shalat gerhana atau shalat khusuf yang bisa Anda kerjakan.

1. Membaca niat dalam hati

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushalli sunnatal khusuf rak'ataini imaman/makmuman lillahi ta'ala

Artinya: "Saya shalat suna gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT."
2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir seperti shalat biasa.
3. Membaca doa iftitah dan berta'awudz, kemudian membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan membaca surat Al-Baqarah dengan suara yang lantang.

4. Kemudian rukuk sambil memanjangkan bacaan tasbih.

5. Lalu bangkit dari rukuk (i'tidal) sambil mangucapkan Sami'allahu liman hamidah. Rabbana wa lakal hamd.
6. Setelah i'tidal tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain yang panjang.
7. Kemudian rukuk kembali (rukuk kedua) yang panjang bacaannya lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
8. Setelah itu bangkit dari rukuk (i'tidal).
9. Dilanjut sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama. Hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya. Anda dapat membaca surat An-Nisa, dan dilanjut membaca surat Al-Maidah.
11. Salam.

Terakhir, imam shalat dapat melanjutkan untuk menyampaikan khotbah yang berisi tentang ajakan berzikir, berselawat, membaca istigfar, serta sedekah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAHAGIA DUNIA AKHIRAT

 

BAHAGIA DUNIA AKHIRAT

Setiap manusia menghendaki kehidupan yang bahagia. Tidak ada satupun manusia yang ingin hidup susah, gelisah, dan tidak merasakan ketentraman. Akan tetapi setiap manusia memiliki prinsip dan cara pandang yang berbeda dalam mengukur kebahagiaan. Karena yang paling memengaruhi seseorang dalam mengukur kebahagiaan adalah prinsip dan pandangan hidup yang dipijakinya.

Bagi seorang Muslim, kebahagiaan tidak selalu berupa kemewahan dan keberlimpahan materi duniawi. Berikut ini beberapa pinsip kebahagiaan dalam konsep hidup Islam. Tulisan ini akan menguraikan beberpa prinsip hidup bahagia menurut Islam.

1. Bahagia di Jalan Allah 

Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. Al-An’am: 153)

Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Ayat 153 surah al-An’am diatas sebelumnya didiahului dengan penjelasan tentang beberapa perintah dan larangan Allah kepada orang beriman.

Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh Allah akan, tidak tenang dan tidak bahagia. Karena ia akan mencari jalan dan sumber kebahagiaan pada jalan yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya. Dalam ayat lain dijelaskan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (surat Thaha [20]: 123.

2. Menggabungkan antara kebahagiaan ruh dan Jasad

Manusia terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing dari keduanya membutuhkan gizi dan nutrisi yang harus dipenuhi secara adil. Sebagian kalangan hanya menekankan aspek ruh dan mengabaikan kebutuhan jasad. Sebaliknya sebagian yang lain hanya menekankan pemenuhan kebutuhan jasad dan mengabaikan kebutuhan ruh.

Adapun petunjuk Islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh dan jasad) secara adil. Ruh dipenuhi kebutuhannya dengan cahaya wahyu dari langit dan menjaga kesehatan jasad dengan pememenuhan hajat syahwat dan syahwat melalui cara yang halal dan thayyib. Allah Ta’ala berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Surah al-Qashash [28]:77).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada ummatnya untuk menunaikan hak kepadapemiliknya masing-masing.

Sesungguhnya Rabbmu punya haq darimu, dirimu punya haq darimu, keluargamu juga punya hak, maka berilah setiap hak kepada pemiliknya” (Terj. HR. Bukhari).

3. Berani Menghadapi Resiko hidup

Barangsiapa yang telah menikmati manisnya Iman, maka ia takkan pernah mau meninggalkannya, kendati pedang diletakkan di lehernya. Sebagaimana tukang sihir Fir’aun yang tegar menghadapi ancaman potong tangan-kaki dan salib;

قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ

Berkata (Fir’aun): “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (Qs Thaha [20]:71).

Mereka tetap teguh dan tegar sebagaimana diabadikan oleh Allah;

قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا ۖ فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (Qs Thaha [20]:72).

Tidak ada sesuatupun yang meneguhkan dan menegarkan mereka, kecuali karena mereka telah merasakan lezat dan manisnya keimanan. Sehingga mereka merasakan ketenangan batin dan ketegaran saat menghadapi ancaman, termasuk ancaman pembunuhan sekalipun.

4. Kebahagiaan adalah Ketenangan dalam Hati

Tiada kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thuma’ninah (ketentraman).Dan tiada ketenangan dan ketentraman tanpa iman. Allah Ta’la berfirman tentang orang-oranf beriman:

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ ۗ

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (Qs Al-Fath: 4).

Keimanan melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat menghindarkan dan memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke dalam dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan dan kegersangan jiwa. (2) Keimanan dapat menjadi sumber utama kebahagiaan, yakni sakinah dan thuma’ninah. Sehingga di tengah lautan masyakil (probematika) dan krisis hidup tidak ada jalan keluar dan keselamatan selain Iman.

Oleh karena itu orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan selalu dirundung rasa takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau. Adapun bagi orang beriman. Adapun bagi orang beriman tidak ada rasa takut sama sekali, selain takut kpda Allah Ta’ala.

Hati yang dipenuhi iman memandang remeh setiap kesuliatn yang menghimpit, kerana orang beriman selalu menyikapi segala persoalan dengan tawakkal kepada Allah. sedangkan hati yang kosong, tanpa iman tak ubahnya selembar daun rontok dari dahannya yang diombang-ambingkan oleh angin.

5. Berpindah dari kebahagiaan dunia pada kebahagiaan akhirat

Pasca kehidupan dunia, akan memasuki kehidupan di alam kubur bakda kematian dan selanjutnya kehidupan di negeri akhirat setelah hari kiamat. Dan jalan-jalan kebahagiaan akan menyertai manusia dalam tiga fase kehidupan tersebut (dunia, alam kubur,& hari akhir)

Dalam kehidupan dunia Allah Ta’ala telah menjanjikan kebahagiaan bagi orang-orang beriman dan beramal shaleh:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(Qs An-Nahl [16]:97).

Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal shaleh akan dihidupkan di dunia dengan kehidupan yang baik; bahagia, tenang, tentram, meski hartanya sedikit.

Adapun kebahagiaan di alam kubur, seorang Mu’min akan dilapangkan kuburannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

Sungguh, seorang Mu’min dalam kuburannnya benar-benar berada di taman yang hijau, dilapangkan kuburannya sejauh tujuh puluh hasta, dan disinari kuburannya seperti –terangnya- bulan di malam purnama” (dihasankan oleh al-Albaniy).

Sedangkan kebahagiaan di akahirat Allah berjanji akan tempatkan dalam surga dan kekal di dalam selama-lamanya jelaskan dalam Hud ayat 108,

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya” (Terj. Qs Hud [11]:108)

Singkatnya, dengan iman seorang hamba dapat meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat. Jadi, Islam telah datang dengan konsep dan jalan kebahagiaan yang abadi, yang mencakup kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Meskipun demikian Allah telah menjadikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai dua sisi yang saling terkait dan terpisah. Sehingga keduanya tidak perlu dipertentangkan. Sebab keduanya adalah satu. Keduanya adalah jalan yang satu. Allah mengingatkan bahwa siapa yang menghendaki balasan dunia, maka Allah memeiliki balasan di dunia dan akhirat;

مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِندَ اللَّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ

Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat.(Qs An-Nisa [4]: 134).

Namun bagi seorang Muslim yang beriman bahwa kebahagiaan yang ada disisi Allah jauh lebih baik dan kekal abad.