ANTARA PEDAGANG DAN CORONA
Kondisi seperti ini membuat hati tersayat asayat. Karena melihat para
pedagang di pasar, pinggir jalan terlihat sepi pembeli belum ada yang
membelinya. Sungguh suatu keadaan yang sangat memprihatinkan, saya melihatnya
sampai ternyuh (jawa). Memang virus corona atau covid 19 yang mewabah di negara
kita ini dapat menyebabkan semua element masyarakat terpengaruh termasuk para
pedagang kecil yang setiap hari mencari rezeki dari menjajakan dagangannya
untuk menyambung hidupnya. Hari ini mencari uang untuk makan hari ini dan
seterusnya.
Kita sebenarnya ingin
bergerak tapi bagaimana cara dan tindakan untuk bergerak. Rasanya ingin membeli
semua makanan, sayur dan dagangan yang lain, namun apa daya tangan tak sampai. Begitu
gigihnya masyarakat kita untuk mempertahankan hidupnya Ya Alloh. Berilah kekuatan
dan kesabaran . sungguh mereka ingin mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik.
Engkau Ya Alloh telah berjanji dalam Al Qur’an
Surat Ar Ra’d ayat 11 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا
مَا بِأَنْفُسِهِمْ “ Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga
mereka mengubahnya sendiri”. Adalah bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan yang
menempel (melekat) pada mereka. Sementara perubahan ilahi atas keadaan yang menempel
(melekat) pada suatu kaum itu terjadi pada empat kemungkinan:
Pertama: pada orang-orang yang taat kepada Allah, lalu
ketaatan kepada-Nya bertambah menjadi syukur. Sehingga Allah mengubah keadaan
mereka dari yang baik menjadi lebih baik, sesuai dan sejalan dengan firman
Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu.” (TQS Ibrahim [14] : 7). Dan
firman-Nya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi.” (TQS Al-A’raf [7] : 96).
Kedua: pada orang-orang yang taat kepada Allah SWT,
lalu mereka berubah dari ketaatan pada kemaksiatan, dan dari keimanan pada
kekufuran. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang baik
menjadi keadaan yang buruk, sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat.” (TQS An-Nahl [16] : 112).
Ketiga: pada orang-orang yang bermaksiat kepada
Allah, lalu mereka berubah dari kemaksiatan pada ketaatan, dan dari kekufuran
pada keimanan. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk
menjadi keadaan yang baik, sesuai dan sejalan dengan firman Allah dalam hadits
qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Naim (dalam Kanzul Ummal, hadits no: 44.166)
dari Umair bin Abdil Malik, yang mengatakan: Ali bin Abi Thalib pernah
berkhutbah untuk kami di atas mimbar Kufah. Dia berkata: “Dulu, jika aku diam
di depan Rasulullah saw, maka beliau yang memulai pembicaraan. Jika aku
bertanya kepada beliau tentang berita, maka beliau memberitakannya kepadaku.
Beliau pernah memberitakan kepadaku dari Rabb beliau azza wa
jalla yang berfirman:
وَعِزَّتِي وَجَلالِي وَارْتِفَاعِي فَوْق
عَرْشِي، مَا مِنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ وَلا بَيْتٍ وَلا رَجُلٍ بِبَادِيَةٍ، كَانُوا
عَلَى مَا كَرِهْتُ مِنْ مَعْصِيَتِي, ثُمَّ تَحَوَّلُوا عَنْهَا إِلَى مَا
أَحْبَبْتُ مِنْ طَاعَتِي إِلا تَحَوَّلْتُ لَهُمْ عَمَّا يَكْرَهُونَ مِنْ
عَذَابِي إِلَى مَا يُحِبُّونَ مِنْ رَحْمَتِي.
“Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi
ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu
keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan
perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka
mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa
ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci
menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.”
Keempat: pada orang-orang yang bermaksiat kepada
Allah, lalu mereka semakin bermaksiat—na’ūdzu billāh. Sehingga Allah
mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk menjadi lebih buruk, agar
mereka kembali kepada ketaatan, sesuai dan sejalan dengan potongan firman Allah
dalam hadits qudsi di atas: “Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi
ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu
keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan
perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka
mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa
ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci
menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.” Juga sesuai dan sejalan
dengan firman Allah SWT: “Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka
sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di
akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS
As-Sajdah [32] : 21).
https://mediaumat.news/
Namun dibalik kegigihan mereka di pasar, kami sangat prihatin ternyata
mereka sangat tidak peduli dengan kesehatan mereka dan orang lain. Ternyata sangat
jarang yang memakai masker untuk melindungi dirinya dari virus. Seolah protokol kesehatan tidak diindahkan
sama sekali. Padahal semua himbauan dan
anjuran dari pemerintah sudah disampaikan dan gencar dipromosikan. Memakai masker
adalah langkah ikhtiar untuk memutus virus corona. Kita tidak ingin kasus di
Pasar Larangan dan Sukodono terulang dan menular kepada yang lain. Semoga mereka
senantiasa diberikan kesehatan sehingga terhindar dari virus yang mematikan
ini.
Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo