Peningkatan Ibdah dan muamalah
untuk muhasabah akhir tahun
Masjid Al Huda Bungurasih Waru
Jum’at, 14 Desember 2018
Pengertian ibadah itu sendiri. Menurut Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan
penciptaan manusia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ
إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
“Artinya : Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Berdasarkan pengertian dari
ibadah dan muamalah tadi, hubungannya dengan manusia adalah bahwa
ibadah secara tidak langsung
berarti ketundukkan kita sebagai seorang hamba serta sarana hubungan vertikal
manusia kepada Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT.
Muamalah pun berarti hubungan
horizontal antar manusia dengan manusia yang sesuai dengan syari’ah.
Sekarang bagaimana kita sebagai
seorang manusia memaksimalkan atau meningkatkan kualitas dari ibadah dan
muamalah tadi.
Pertama yang bisa kita lakukan adalah, mengevaluasi diri sendiri, sejauh mana
ibadah-ibadah yang telah kita lakukan apakah sudah baik atau belum.
Kedua kita bisa buat suatu perencanaan apa-apa saja yang bisa mendukung
untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.
Sebagai contoh, kalau sebelumnya kita hanya melakukan ibadah wajib saja
seperti sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan lainnya, tetapi setelah
melakukan evaluasi, kita bisa menambah rangkaian ibadah kita dengan
ibadah-ibadah sunnah lainnya yang mempunyai nilai-nilai keutamaan seperti
shalat sunnah dhuha, tahajud, dan lain sebagainya.
Begitupun untuk aktifitas kita sesama manusia, kita juga harus mengevaluasi
diri kita, apakah selama ini dalam menjalin hubungan dengan orang lain kita
sudah baik, dengan tetangga kita sudah baik, dengan teman kerja kita sudah
baik, dengan teman sejawat kita sudah baik, dengan atasan kita sudah baik atau
bahkan kita sering menyakitinya, atau perbuatan yang selama ini kita lakukan
tanpa kita sadari telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan Al-Quran dan Hadist.
Kebaikan itulah yang akan menjadi modal kita untuk meraih kabaikan kedepannya. Kebaikan
yang kita lakukan akab berdampak baik terhadap kehidupan kita, demikian juga
kesalahan yang kita lakukan akan berdampak jelek pula terhadap diri kita.
Sehingga apabila kita sudah
mengetahui kesalahan-kesalahan
kita selama ini, kedepannya kita tidak mengulanginya lagi. Mungkin cara untuk
meningkatkan kualitas muamalah kita dengan cara memperbanyak membaca al Qur’an, memperbanyak taklim, membaca
buku-buku pengetahuan umum, Islam, dan sejarah-sejarah umat terdahulu dalam
melaksanakan muamalahnya sesama manusia. Dari sinilah akan muncul keindahan dalam melaksanakan ajaran agama
Islam.
Dengan demikian nuansa keislaman kita akan lebih indah dan baik, karena
dibarengi dengan keikhlasan kita dalam menjalankan ibadah kepada Alloh SWT. Sebagaimana
Rasul bersabda :
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ
حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ
ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
“Jika salah seorang dari
kalian telah memperindah Islamnya, maka setiap kebaikan yang diamalkannya akan
dicatat baginya dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat. Dan setiap
kejelekan yang ia kerjakan akan dicatat baginya satu kejelekan
semisalnya”.[Shahih Al Bukhari (Fathul Bari: 1/100 hadits no: 42), Shahih
Muslim : 1/118 no: 129]
Jadi, untuk meningkatkan kualitas
ibadah dan muamalah sangat bergantung dari manusianya itu sendiri. Semuanya pun
membutuhkan niat dan tekad yang kuat untuk selalu memotivasi diri agar menjadi
insan yang lebih baik di hadapan-Nya. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar