Kandungan Al
Qur’an Surat An Nisa’ ayat 9
Oleh : Imam
Mukozali, S.Ag., MM
Penyuluh
Agama Islam Kab. Sidoarjo
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا
مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Asbabul nuzul surat An-Nisa’ ayat 9
Allah SWT. berfirman dalam ayat ini
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak dan ahli waris yang lemah, janganlah sampai membuat
wasiat yang akan membawa mudharat da mengganggu kesejahteraan mereka yang
ditinggalkan itu. Berkata Ibnu Abbas menurut Ali bin Abi Thalhah bahwa ini
mengenai seorang yang sudah mendekati ajalnya yang didengar oleh orang lain
bahwa ia hendak membuat wasiat yang bermudharat dan akan merugikan ahli
warisnya, maka Allah memerintahkan kepada yang mendengarnya itu agar
menunjukkannya kepada jalan yang benar dan agar diperintahkansupaya ia bertakwa
kepada Allah mengenai ahli waris yang akan ditinggalkan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa tatkala Rasulullah SAW datang menjenguk Saad bin Abi Waqqash yang
sedang sakit, bertanyalah Saad kepadanya: “Ya Rasulullah, saya mempunyai harta
dan hanya putriku satu-satunya yang akan mewarisiku, dapatkah kusedekahkan dua
pertiga kekayaanku?”
Jawab Rasulullah, “Jangan.”
Dan kalau separuh, bagaimana? tanya
Saad lagi.
“Jangan.”Jawab
Rasulullah.
Dan kalau
sepertiganya, bagaimana ya Rasulullah?” tanya Saad lagi.
Rasulullah
menjawab, “Sepertiga pun masih banyak, kemudian Beliau bersabda:
اِنَّكَ اَنْ
تَذَرَوَرَثَتَكَ اَغْنِيَاءَخَيْرٌمِنْ اَنْ تَذَرَهُمْ عَا لَةً يَتَكَفَّفُونَ
النَّاسَ
“Sesunggunya
lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada meninggalkan
mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta”.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas
berkata, “Sepatutnya orang turun dari sepertiga ke seperempat (mengenai
wasiat), karena Rasulullah telah bersabda bahwa sepertiga pun banyak”.
Berkata para ulama ahli Fiqh: “Jika
ahli waris yang ditinggalkan oleh si mayat adalah orang-orang kaya, maka
sebaiknya diwasiatkan penuh sepertiga, tetapi jika yang akan ditinggalkan itu
orang-orang miskin, maka sebaiknya dikurangi dari sepertiga.
Taraku, artinya mereka hampir saja
meninggalkan.
Min Khalfihim, artinya sesudah mereka meninggal
dunia.
Khafu ‘Alaihim, artinya mereka khawatir anak-anaknya
menjadi terlantar tersia-sia hidupnya.
Pembicaraan dalam ayat ini masih berkisar tentang para
wali dan orang-orang yang diwasiati, yaitu mereka yang dititipi anak-anak
yatim. Juga, tentang perintah tehadap mereka agar memperlakukan anak-anak yatim
dengan baik, berbicara berbicara kepada mereka sebagaimana berbicara kepada
anak-anaknya, yaitu dengan halus, baik, dan sopan, lalu memanggil mereka dengan
sebutan anakku, sayangku, dan sebagainya.
Dalam ayat ini yang diingatkan adalah kepada mereka
yang berada di sekeliling para pemilik harta yang sedang menderita sakit.
Mereka seringkali memberi aneka nasehat kepada pemilik harta yang sakit itu,
agar yang sakit itu mewasiatkan kepada orang-orang tertentu sebagian dari harta
yang akan ditinggalkannya, sehingga akhirnya anak-anaknya sendiri terbengkalai.
Kepada mereka itu ayat 9 diatas berpesan: Dan hendaklah orang-orang yang
memberi aneka nasehat kepada pemilik harta agar membagikan hartanya kepada
orang lain sehingga anak-anaknya sendiri terbengkalai, hendaklah mereka
membanyangkan seandainya mereka akan meninggalkan di belakang mereka,
yakni setelah kematian mereka, anak-anak yang lemah, karena masih kecil atau
tidak memiliki harta, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka atau
penganiayaan atas mereka, yakni anak-anak yang lemah itu. Jika keadaan serupa
mereka alami, apakah mereka akan menerima nasehat-nasehat seperti yang
merekaberikan itu? Tentu saja tidak! Kerena itu, hendaklah mereka takut kepeda
Allah SWT., atau keadaan anak-anak mereka di masa depan. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT. Dengan mengindahkan sekuat
kemampuan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar lagi tepat.
Seperti terbaca di atas, ayat ini ditujukan kepada
yang berada di sekeliling seorang yang sakit dan diduga segara akan wafat.
Pendapat ini adalah pilihan banyak pakar tafsir, seperti at-Thabari, ar-Razi,
dan lain-lain. Ada juga yang memahaminya sebagai ditujukan kepada mereka yang
menjadi wali anak-anak yatim, agar memperlakukan anak-anak yatim itu seperti
perlakuan yang mereka harapkan kepada anak-anaknya yang lemah, bila kelak para
wali itu meninggal dunia. Pendapat ini menurut Ibn Katsir, didukung pula oleh
ayat berikut yang mengandung ancaman kepada mereka yang menggunakan harta anak
yatim secara aniaya.
Muhammad Sayyid Tanthawi berpendapat bahwa ayat
di atas ditujukan kepada semua pihak, siapapun, karena semua diperintahkan untuk
berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan semua khawatir akan mengalami
apa yang digambarkan di atas.
Kandungan Al Qur’an Surat An Nisa’ Ayat 9 diatas,
berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga
anak mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan dimasa
mendatang.
Jadi, Allah SWT. memperingatkan kepada orang-orang
yang telah mendekati akhir hayatnya supaya mereka memikirkan, janganlah
meninggalkan anak-anak atau keluarga yang lemah terutama tentang kesejahteraan
hidup mereka dikemudian hari. Untuk itu selalulah bertakwa dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Selalulah berkata lemah lembut terutama kepada anak yatim
yang menjadi tanggung jawab mereka. Perlakukanlah mereka seperti memperlakukan
anak kandung sendiri.
Tafsir Jalalayn
(Dan hendaklah bersikap waspada) maksudnya terhadap nasib anak-anak
yatim (orang-orang yang seandainya meninggalkan) artinya hampir meninggalkan
(di belakang mereka) sepeninggal mereka (keturunan yang lemah) maksudnya anak-anak
yang masih kecil-kecil (mereka khawatir terhadap nasib mereka) akan terlantar
(maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah) mengenai urusan anak-anak yatim
itu dan hendaklah mereka lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa yang mereka
ingini dilakukan orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal mereka nanti (dan
hendaklah mereka ucapkan) kepada orang yang hendak meninggal (perkataan yang
benar) misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari sepertiga dan memberikan
selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak membiarkan mereka dalam keadaan
sengsara dan menderita.
Tafsir Qurais Shihab
Manusia sekali-kali tidak boleh berlaku zalim
terhadap anak-anak yatim. Hendaklah mereka merasa takut terhadap keturunannya
yang lemah akan menerima perlakuan zalim sebagaimana yang dirasakan oleh
anak-anak yatim. Bertakwalah kepada Allah dalam menghadapi anak-anak yatim.
Berbicaralah dengan ucapan yang mengarah kepada kebenaran tanpa berlaku zalim
kepada siapa pun.
KESIMPULAN
Surat an-Nisa’ ayat 9
ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan
fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi;
merupakan tanggungjawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam
memberikan solusi dan kemurahan. yang mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal
tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu
meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang
menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya.
Al Qur’an Surat An
Nisa’ Ayat 9 diatas, berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang
berkualitas sehingga anak mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal
kehidupan dimasa mendatang
Oleh karena itu, bagi
orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa kepada Allah dan selalu berlindung
dari hal-hal yang dimurkai di sisi Allah.
Dari: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar