MATERI
PENYULUHAN
BINAAN
KHUSUS LAPAS SIDOARJO
Rabu,
8 Pebruari 2017
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag
Penyuluh Agama Islam Kec. Sidoarjo
Judul
: Indikator kebahagiaan dunia bagi manusia
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ
الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ
بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا
الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Suatu hari ia Ibnu Abbas pernah ditanya oleh para tabi’in tentang mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia.
Siapa yang tidak
kenal dengan Ibnu Abbas. Sahabat senior yang selalu menyertai baginda
Rosulullah sallallahu alaihi wasallam. Dikalangan para mufassir, beliaulah
terunggul di antara yang lain. pada umur 9 tahun saja ibnu Abbas kecil telah
hafal Al-Qur’an dan menjadi imam masjid. Sampai Nabi pun pernah berdo’a khusus
untuk beliau.
“Allahumma faqqohhu fiidaini,wa
a’llamhutta’wiila”artinya:“ya Allah,berilah kepadanya pemahaman tentang agama dan ajarilah dia tentang takwil”
Ibnu Abbas
menjawab, ada 7 indikator mengenai kebahagiaan dunia, yang 4 diantaranya adalah
sebagai berikut :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.
Bila sedang
kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Maka berbahagialah orang yang pandai
bersyukur!“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’du : 28)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS Al Baqarah : 152)
Kedua, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah
SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya
lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda
itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari
Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia
dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika
buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya
selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah
aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. Salah satu amal jariyah yang tidak akan putus amalnya adalah awwaladun sholihun yad’ulah, anak sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. Salah satu amal jariyah yang tidak akan putus amalnya adalah awwaladun sholihun yad’ulah, anak sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
23.
dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS. Al Isra’ : 23)
74.
dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqon : 74)
Yang dimaksud
dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi
untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang
mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya,
Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang
sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan
mengingatkan kita bila kita berbuat salah.
Orang-orang sholeh
adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu
terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari
orang-orang yang ada disekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu
dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
69.
dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu:
Nabi-nabi, Para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An Nisa’ : 69)
55.
dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman. (QS. Ad Dzariyat : 55)
Keempat, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami
agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia
belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai
sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.
Allah menjanjikan
nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia
kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta
inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.
Semangat memahami
agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu
dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang
penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
20.
Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini. (QS.Jaatsiiyah: 20)
138.
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imron : 138)
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra.
mengenai indikator kebahagiaan dunia.
Amal soleh yang
kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam)
tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna
apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat
surga yang dijanjikan Allah.
Kata Nabi SAW,
“Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu
para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab
Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat
kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW
kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan
Allah semata”.
Jadi sholat kita,
puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk
mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga
Allah
Semoga Manfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar