SIKAP OPTIMIS DALAM
MUSIBAH DAN PATUH ATAS KEHENDAK ALLOH
Optimis adalah suatu sikap
y a n g s e l a l u
b e r p e n g h a r a p a n (berpandangan) baik dalam menghadapi
segala hal. Optimis adalah
lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena
ada
kemauan
hati dan raga
untuk
mencari dan
meyakini
rahmat
Allah. Sikap optimis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh
jalan Allah,
yang
seandainya dia meninggalkan walaupun
sekejap, maka
akan
luput.
Optimisme timbul dari rasa gembira
dengan kemurahan Allah dan karunia- Nya serta perasaan
lega menanti kemurahan
dan anugerah-Nya
karena percaya akan
kemurahan Tuhannya.
Orang yang mempunyai sikap optimis ialah orang yang mempunyai kelestarian
dalam
menjalankan
ketaatan
dan
menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya.
Dia berharap agar Allah tidak memalingkannya,
menerima amalnya, dan tidak menolaknya,
serta melipatgandakan pahala-Nya.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا
ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا
تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ
تُوعَدُونَ
"Sesungguhnya orang-orang
yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
k e
m u d i a n
m e r e k a m e n e g u h k a n
pendirian mereka, maka malaikat akan t u r u n k e p a d a
m e r e k a d e n g a n
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
j a
n g a n l a h m e r a s a
s e d i h ; d a n gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu"
(QS Fushshilat (41):30).
Orang yang optimis itu ingin mencari kebaikan dan
ingin terhindar dari keburukan,
sementara ada yang dapat
mendatangkan kebaikan,
kecuali hanya Allah dan ada
yang
dapat
m e l e n y a p k a n k e b u r u k a n .
A l l a h
berfirman dalam Surat Yunus
ayat 107:
" J i ka
A l l a h
m e n i m p a ka n s e s u at u kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
dapat
menghilangkannya kecuali
Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka
tak ada yang d a p a t m e n o l a k k u r n i a - N y a . D i a memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dialah
Yang
Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (QS
Yunus: (10):107).
Apapun yang diberikan oleh
Alloh di muka bumi ini adalah ketentuan dan kehendak Alloh semata. Tidak ada
satupun yang luput dari takdir Alloh SWT. Satu daun yang jatuh dari tangkainya,
hewan yang sangat kecil yang melata di tanah, air yang mengalir itupun atas
petunjuk dan kehendak Alloh semata. Jadi musibah dan bencana seperti saat
inipun tak luput dari ketentuan dan kehendak Alloh SWT. Maka manusia sebagai makhluk –Nya tak dapat
menolak dan menahan atas kehendak –Nya. Manusia hanya menjalaninya apa yang
ditakdirkan dan diturunkan oleh Alloh ke muka bumi ini. Manusia hanya berusaha sekuat tenaga untuk
mendapatkan ridho-Nya. Berusaha berarti mematuhi apa yang diberikan dan berusaha
menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh SWT. Orang yang seperti ini berarti tawakal
kepada-Nya. Berusaha dengan kemampuan yang ada dan berdoa atas apa yang diusahakan
agar diridloi –Nya. Dalam satu dzikir yang sering kita baca dalam wirid
yaitu :
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi
Artinya: "Tiada daya dan upaya
kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung."
Rasulullah SAW bersabda
tentang anjuran membaca kalimat 'Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil
azhīmi':
"Maukah aku tunjukkan kepadamu salah
satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam surga? Maka sahabat
menjawab, 'Tentu wahai Rasulullah'. Rasulullah menjelaskan, 'Bacalah La hawla wa la quwwata
illa billah'" (HR: Muslim)
Dikutip dalam islam.nu.or.id
menuliskan bahwa, Syekh M Nawawi Al-Bantani menyebutkan sejumlah keutamaan
lafal Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi. Ia mengutip hadist
riwayat Ibnu Abid Dunya tentang orang yang melazimkan pembacaan lafal Lā haula
wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi, yakni: Artinya: "Salah satu
keistimewaan lafal hauqalah ini adalah apa yang disebutkan di dalam Fawaidus
Syarji, yaitu hadits riwayat Ibnu Abid Dunya dengan sanad tersambung hingga
Rasulullah SAW bahwa ia bersabda, 'Siapa saja yang membaca Lā haula wa lā
quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi setiap hari sebanyak 100 kali, maka ia
selamanya takkan ditimpa oleh kefakiran,'" (Lihat Syekh M Nawawi Banten,
Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 5).
Syekh M Nawawi Banten juga
mengutip hadits yang menjelaskan keutamaan lafal Lā haula wa lā quwwata illā
billāhil 'aliyyil azhīmi. Menurutnya, hauqalah merupakan lafal yang baik dibaca
ketika seseorang tengah dirundung kesulitan dan kebuntuan. Artinya:
"Diriwayatkan di dalam hadits juga bahwa bila kebimbangan hinggap di hati
seseorang lalu ia membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi
sebanyak 300 kali, niscaya Allah membukakan jalan keluar baginya, maksudnya
Allah mengurangi beban kesulitannya.
Semoga manfaat dan kita senantiasa dalam lindungan
Alloh SWT. Aamiin
Oleh : Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kemenag Sidoarjo
Dikutib dari :
1.
Islam.nu.or.id
2.
Buku Khutbah Jum’at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar