Jumat, 24 April 2020

SIKAP OPTIMIS DALAM MUSIBAH DAN PATUH ATAS KEHENDAK ALLOH


SIKAP OPTIMIS DALAM MUSIBAH DAN PATUH ATAS KEHENDAK ALLOH
Optimis  adalah  suatu  sikap  y a n g  s e l a l u  b e r p e n g h a r a p a n (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena ada  kemauan  hati    dan  raga  untuk mencari dan  meyakini  rahmat  Allah. Sikap optimis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang  menempuh  jalan  Allah,  yang seandainya  dia   meninggalkan walaupun  sekejap,  maka  akan  luput. Optimisme    timbul  dari rasa  gembira dengan kemurahan Allah dan karunia- Nya  serta  perasaan  lega menanti kemurahan  dan  anugerah-Nya  karena percaya  akan  kemurahan Tuhannya. Orang yang mempunyai sikap optimis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam  menjalankan  ketaatan  dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya.  Dia  berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya. Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:  "Tuhan  kami ialah Allah" k e m u d i a n  m e r e k a  m e n e g u h k a n pendirian mereka, maka malaikat akan t u r u n  k e p a d a  m e r e k a  d e n g a n mengatakan: "Janganlah kamu takut dan j a n g a n l a h  m e r a s a  s e d i h ;  d a n gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS Fushshilat (41):30).
Orang yang optimis itu ingin mencari  kebaikan  dan  ingin  terhindar dari keburukan, sementara ada yang dapat mendatangkan kebaikan, kecuali hanya  Allah  dan     ada  yang  dapat m e l e n y a p k a n  k e b u r u k a n .  A l l a h berfirman dalam Surat Yunus ayat 107:
" J i ka  A l l a h  m e n i m p a ka n  s e s u at u kemudharatan kepadamu, maka   tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang d a p a t  m e n o l a k  k u r n i a - N y a .  D i a memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS Yunus: (10):107).
Apapun yang diberikan oleh Alloh di muka bumi ini adalah ketentuan dan kehendak Alloh semata. Tidak ada satupun yang luput dari takdir Alloh SWT. Satu daun yang jatuh dari tangkainya, hewan yang sangat kecil yang melata di tanah, air yang mengalir itupun atas petunjuk dan kehendak Alloh semata. Jadi musibah dan bencana seperti saat inipun tak luput dari ketentuan dan kehendak Alloh SWT.  Maka manusia sebagai makhluk –Nya tak dapat menolak dan menahan atas kehendak –Nya. Manusia hanya menjalaninya apa yang ditakdirkan dan diturunkan oleh Alloh ke muka bumi ini.  Manusia hanya berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan ridho-Nya. Berusaha berarti mematuhi apa yang diberikan dan berusaha menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh SWT. Orang yang seperti ini berarti tawakal kepada-Nya. Berusaha dengan kemampuan yang ada dan berdoa atas apa yang diusahakan agar diridloi –Nya. Dalam satu dzikir yang sering kita baca dalam wirid yaitu  :

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi
Artinya: "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung."
Rasulullah SAW bersabda tentang anjuran membaca kalimat 'Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi':
"Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam surga? Maka sahabat menjawab, 'Tentu wahai Rasulullah'. Rasulullah menjelaskan, 'Bacalah La hawla wa la quwwata illa billah'" (HR: Muslim)
Dikutip dalam islam.nu.or.id menuliskan bahwa, Syekh M Nawawi Al-Bantani menyebutkan sejumlah keutamaan lafal Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi. Ia mengutip hadist riwayat Ibnu Abid Dunya tentang orang yang melazimkan pembacaan lafal Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi, yakni: Artinya: "Salah satu keistimewaan lafal hauqalah ini adalah apa yang disebutkan di dalam Fawaidus Syarji, yaitu hadits riwayat Ibnu Abid Dunya dengan sanad tersambung hingga Rasulullah SAW bahwa ia bersabda, 'Siapa saja yang membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi setiap hari sebanyak 100 kali, maka ia selamanya takkan ditimpa oleh kefakiran,'" (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 5).
Syekh M Nawawi Banten juga mengutip hadits yang menjelaskan keutamaan lafal Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi. Menurutnya, hauqalah merupakan lafal yang baik dibaca ketika seseorang tengah dirundung kesulitan dan kebuntuan. Artinya: "Diriwayatkan di dalam hadits juga bahwa bila kebimbangan hinggap di hati seseorang lalu ia membaca Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi sebanyak 300 kali, niscaya Allah membukakan jalan keluar baginya, maksudnya Allah mengurangi beban kesulitannya.
Semoga manfaat dan kita senantiasa dalam lindungan Alloh SWT. Aamiin
Oleh : Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kemenag Sidoarjo

Dikutib dari :
1.       Islam.nu.or.id
2.       Buku Khutbah Jum’at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar