Jumat, 03 April 2020

SIKAP SEORANG MUKMIN MENGHADAPI WABAH COVID 19


SIKAP SEORANG MUKMIN MENGHADAPI WABAH COVID 19
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui sahabat Ibnu Umar ra, Nabi Muhammad bersabda, “Lima hal yang hanya diketahui Allah.” Kemudian Rasulullah menyebutkan firman Allah berikut

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Luqman; 34)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, hal-hal yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Yaitu;
Pertama, waktu hari kiamat terjadi tidak ada seorang pun yang tahu bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri. Hanya tanda-tandanya saja yang diberitahukan kepada umatnya..
Kedua, waktu hujan turun. Malaikat pun tidak mengetahui apakah dengan mendung pasti akan terjadi hujan. Terkadang sering kali langit hanya pekat tanpa diiringi rintikan hujan.
Ketiga, keadaan janin dalam rahim. Zaman sekarang memang teknologi memungkinkan seseorang mengetahui jenis kelamin janin, namun terkadang ada saja keadaan dimana sang janin tidak bisa dideteksi kelaminnya. Di samping itu, alam rahim merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami manusia, dan kita tidak bisa mengetahui apa yang dialami sang anak dalam alam tersebut.
Keempat, sesuatu yang terjadi esok hari. Setiap manusia tidak ada yang tahu apakah yang diusahakannya esok hari akan membuatnya jadi orang yang celaka ataukah bahagia. Apakah sesuatu yang buruk terjadi ataukah sesuatu yang baik.
Kelima, waktu dan tempat ketika kematian menjemput. Rasulullah dalam sebuah hadis menjelaskan, apabila Allah berkehendak mencabut nyawa seseorang di suatu negeri maka Allah akan menjadikan keperluan bagi orang tersebut di negeri itu.
Termasuk apa yang terjadi sekarang ini Virus Corona adalah hal yang sangat rahasia dari Alloh SWT. Alloh SWT memberikan pelajaran kepada kita terkait adanya musibah wabah ini.

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al an’am:17)
Dilihat dari dampaknya seperti Cavid-19 sebenarnya bukan hal baru. Sebab telah ditemukan kasus serupa  sejak zaman  dahulu bahkan dampaknya lebih dahsyat,  yang disebut  dengan nama tha'un. Yaitu  penyakit yang  menyebar  luas,  merusak  udara, serta  mengganggu fungsi  jaringan  tubuh  dan kesehetannva. Seperti tha'un 'amwas pada masa Sayyidlna Umar bin al-Khattab Ra yang terjadi di negeri Syam dan memakan karban 25 ribu jiwa.
Berkaitan hal tersebut maka akan berdampak pandemic Cavid-19 baik aspek akidah, aspek ibadah maupun aspek mu'amalah. Sikap kita selaku umat mukmin minimal ada 2 yaitu;
1.                Sikap Proporsianal dalam Menghadapi  Cavld-19
Dalam menyikapi  penyebaran virus Carana atau Cavid-19 diperlukan sikap yang adil dan proporsianal  sesuai  prinsip-prinsip  Ahlussunah  wal  Jama'ah.  Dari  sisi  batiniah  (tauhid),  searang muslim yang baik hendaknya tetap tenang tidak perlu khawatir berlebihan, gentar dan takut terhadap semua  makhluk  termasuk  Cavid-19.  Melainkan  ketakutan  dan  kegentaran  hanya terhadap  Allah subhanahu wata'ala  Sang  Maha Pencipta.  Mati,  sakit dan menderita  itu  pasti,  tinggal waktunya  saja yang terus menjadi rahasia Allah.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. AI-A'raf : 34
Nabi Muhammad SAW bersabda:  tidak ada penyakit menular dengan sendirinya;  tidak ada shafar (cacing dalam perut yang dapat membunuh manusia dan lebih menular dari pada penyakit kudis seperti kepercayaan arang Arab kuno); dan tidak ada pula tanda kesialan dari burung hantu. Lalu searang Arab Badui bertanya: Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan onta yang ada di pasir, seakan-akan (bersih) bagaikan gerombolan kijang kemudian datang padanya anta berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga la menulari semuanya?' Nab shalla//ahu 'alaihi wasallam pun menjawab:  'Siapakah yang menulari onta yang pertama?'." (HR. al-Bukhari)
Asumsi bahwa  ada  penyakit  menular  dengan sendirinya  tanpa  penciptaan  dari  Allah  ta'ala adalah asumsi yang tidak sesuai dengan hakikat sebenarnya dan tidak dibenarkan dalam  aqidah Islam, sehingga dinafikan secara  langsung  oleh  Nabi Muhammad Saw, sebagaimana penjelasan  Imam lbn Hajar   al-'Asqallani   dalam   Fath   af-Bari  (1/153)   dan  Abdurrauf   al-Munawi   dalam   Faidh  al-Qadir
2.                Optimisme dalam menghadapi Covid 19
Namun demikian, kewaspadaan  lahiriah, upaya pencegahan/preventif dan lain sermisalnya, utamanya  dalam  kondisi  penyebaran virus Corona  yang  sangat  cepat dan keterbatasan  tenaga  serta alat  medis yang ada,  tetap  harus dilakukan,  sesuai  arahan  dan kebijakan  pemerintah.
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.  
Al Baqarah : 195
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, mengandung makna bahwa menjaga diri dari sebab-sebab kerusakan dan kebinasaan serta menghindarkan diri dari daerah yang terkena wabah, dari orang yang terjangkit penyakit lepra, dan semisalnya dianjurkan oleh agama.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasululloh SAW bersabda : Onta yang sakit hendaknya tidak mendatangi (didatangkan) pada onta yang sehat” ( HR Muslim).
Oleh karena itu kita harus optimis dalam menghadapi seluruh ketentuan Alloh SWT, termasuk berusaha pencegahan juga harus dilakukan secara proporsional semisal menganjurkan masyarakat untuk memperkuat imunitas diri (kekebalan tubuh) dan membiasakan pola hidup bersih dan  sehat (PHBS) sesuai petunjuk para pakar kesehatan dan memperbanyak do’a-do’a yang telah diajarkan oleh para ulama’ kita, baik untuk pujian sebelum iqomah maupun untuk do’a  setelah dzikir bakda sholat, sehingga dapat membangun optimis dan tidak menimbulkan kepanikan pada masyarakat.

Oleh:
IMAM MUKOZALI, S.Ag. MM
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar