SIKAP SEORANG MUKMIN MENGHADAPI WABAH COVID 19
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari
melalui sahabat Ibnu Umar ra, Nabi Muhammad bersabda,
“Lima hal yang hanya diketahui Allah.” Kemudian
Rasulullah menyebutkan firman Allah berikut
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ
وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ
مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.(QS. Luqman; 34)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, hal-hal
yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah
sendirilah yang mengetahuinya. Yaitu;
Pertama, waktu hari kiamat terjadi tidak
ada seorang pun yang tahu bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri. Hanya
tanda-tandanya saja yang diberitahukan kepada umatnya..
Kedua, waktu hujan turun. Malaikat pun
tidak mengetahui apakah dengan mendung pasti akan terjadi hujan. Terkadang
sering kali langit hanya pekat tanpa diiringi rintikan hujan.
Ketiga, keadaan janin dalam rahim. Zaman
sekarang memang teknologi memungkinkan seseorang mengetahui jenis kelamin
janin, namun terkadang ada saja keadaan dimana sang janin tidak bisa dideteksi
kelaminnya. Di samping itu, alam rahim merupakan salah satu fase kehidupan yang
dialami manusia, dan kita tidak bisa mengetahui apa yang dialami sang anak
dalam alam tersebut.
Keempat, sesuatu yang terjadi esok hari.
Setiap manusia tidak ada yang tahu apakah yang diusahakannya esok hari akan
membuatnya jadi orang yang celaka ataukah bahagia. Apakah sesuatu yang buruk
terjadi ataukah sesuatu yang baik.
Kelima, waktu dan tempat ketika
kematian menjemput. Rasulullah dalam sebuah hadis menjelaskan, apabila Allah
berkehendak mencabut nyawa seseorang di suatu negeri maka Allah akan menjadikan
keperluan bagi orang tersebut di negeri itu.
Termasuk
apa yang terjadi sekarang ini Virus Corona adalah hal yang sangat rahasia dari
Alloh SWT. Alloh SWT memberikan pelajaran kepada kita terkait adanya musibah
wabah ini.
وَإِنْ يَمْسَسْكَ
اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ
فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada
yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan
kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al an’am:17)
Dilihat dari dampaknya seperti Cavid-19 sebenarnya bukan hal baru. Sebab telah ditemukan kasus serupa sejak zaman dahulu bahkan dampaknya lebih dahsyat, yang disebut dengan nama tha'un. Yaitu penyakit yang menyebar luas, merusak udara, serta mengganggu fungsi jaringan tubuh dan kesehetannva. Seperti tha'un 'amwas pada masa Sayyidlna Umar bin al-Khattab Ra yang terjadi di negeri Syam dan memakan
karban 25 ribu jiwa.
Berkaitan hal tersebut maka akan berdampak pandemic Cavid-19 baik aspek akidah, aspek ibadah maupun aspek mu'amalah. Sikap kita selaku umat mukmin minimal
ada 2 yaitu;
1.
Sikap Proporsianal dalam Menghadapi Cavld-19
Dalam menyikapi penyebaran virus Carana atau Cavid-19 diperlukan sikap yang adil dan
proporsianal sesuai prinsip-prinsip Ahlussunah wal Jama'ah. Dari sisi batiniah (tauhid), searang muslim yang baik hendaknya tetap tenang tidak perlu khawatir berlebihan, gentar dan takut terhadap semua
makhluk
termasuk Cavid-19. Melainkan ketakutan dan
kegentaran hanya terhadap Allah subhanahu wata'ala Sang Maha
Pencipta. Mati, sakit dan menderita itu pasti, tinggal waktunya saja yang terus menjadi rahasia Allah.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا
يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah
datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
dapat (pula) memajukannya. (QS. AI-A'raf : 34
Nabi Muhammad SAW bersabda: tidak ada penyakit menular dengan sendirinya; tidak
ada shafar (cacing dalam perut yang dapat membunuh manusia dan lebih menular dari pada penyakit kudis seperti kepercayaan arang Arab kuno); dan tidak ada pula tanda kesialan dari burung hantu. Lalu searang Arab Badui bertanya: Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan onta yang ada di pasir, seakan-akan (bersih) bagaikan gerombolan kijang kemudian datang padanya anta berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga la menulari semuanya?' Nab shalla//ahu 'alaihi wasallam pun menjawab: 'Siapakah yang menulari onta yang
pertama?'." (HR. al-Bukhari)
Asumsi bahwa
ada penyakit menular dengan sendirinya tanpa
penciptaan dari Allah ta'ala adalah asumsi yang tidak
sesuai dengan
hakikat sebenarnya dan tidak dibenarkan dalam
aqidah Islam, sehingga dinafikan secara langsung
oleh Nabi Muhammad Saw, sebagaimana penjelasan Imam lbn Hajar al-'Asqallani dalam Fath af-Bari (1/153) dan Abdurrauf al-Munawi dalam Faidh al-Qadir
2.
Optimisme dalam menghadapi Covid 19
Namun demikian, kewaspadaan
lahiriah, upaya pencegahan/preventif dan lain sermisalnya, utamanya dalam kondisi penyebaran virus Corona yang sangat cepat dan keterbatasan tenaga serta alat medis
yang ada, tetap harus dilakukan,
sesuai arahan dan
kebijakan
pemerintah.
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا
بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِينَ
Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.
Al Baqarah : 195
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى
التَّهْلُكَةِ
dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, mengandung makna bahwa menjaga
diri dari sebab-sebab kerusakan dan kebinasaan serta menghindarkan diri dari
daerah yang terkena wabah, dari orang yang terjangkit penyakit lepra, dan
semisalnya dianjurkan oleh agama.
“Diriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, sungguh Rasululloh SAW bersabda : Onta yang sakit hendaknya tidak
mendatangi (didatangkan) pada onta yang sehat” ( HR Muslim).
Oleh karena itu kita harus
optimis dalam menghadapi seluruh ketentuan Alloh SWT, termasuk berusaha pencegahan
juga harus dilakukan secara proporsional semisal menganjurkan masyarakat untuk
memperkuat imunitas diri (kekebalan tubuh) dan membiasakan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) sesuai petunjuk para
pakar kesehatan dan memperbanyak do’a-do’a yang telah diajarkan oleh para ulama’
kita, baik untuk pujian sebelum iqomah maupun untuk do’a setelah dzikir bakda sholat, sehingga dapat
membangun optimis dan tidak menimbulkan kepanikan pada masyarakat.
Oleh:
IMAM MUKOZALI, S.Ag.
MM
Penyuluh Agama Islam
Kab Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar