STRATEGI MENYIAPKAN KAFILAH
MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)
KAB. SIDOARJO YANG TANGGUH
Oleh : Imam Mukozali, S.Ag., MM
Penyuluh Agama Islam Kab. Sidoarjo
Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) di Indonesia dapat dikatakan sebagai kegiatan rutin
dalam bidang keagamaan. Dari cara penyelenggaraannya ingin dimunculkan sebuah
citra bahwa Islam memiliki keistimewaan yang harus dibanggakan dan dilestarikan
dengan kitab suci al Qur’an sebagai pedoman dan hasanah keilmuan.
Dengan
Musabaqah ini memang terjadi saling adu
keahlian dan kemampuan yang dimiliki tetapi sebatas untuk kemajuan pemahaman
dan keilmuan al-Qur’an semata. Setidaknya ada dua macam misi yang hendak
diwujudkan oleh umat Islam berkaitan dengan fenomena Musabaqah (MTQ). Pertama
adalah sebagai syi’ar Islam yang semata-mata adalah karena Alloh semata dengan kata lain untuk mencari ridlo Alloh SWT. Kedua mempunyai tujuan internal dengan
menyelenggarakan perlombaan rutin yang memperlombakan jago-jago antar
wilayah dari mulai tingkat kecamatan
sampai nasional bahkan internasional.
Penyelenggaraan MTQ di tingkat Kabupaten/Kota secara rutin
juga dilaksanakan termasuk di Kabupaten Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah
suatu daerah yang mempunyai potensi dan kemampuan sumber daya manusia yang besar,
kemampuan dana yang besar, kadang sebagai barometer dari kabupaten/kota yang
lain. Dari sekian banyak MTQ tingkat Propinsi Jawa Timur, Kafilah Sidoarjo
selalu menjadi jawaranya, bahkan secara berturut-turut menyabet piala bergilir
tiga kali. Namun dalam kesinambungannya masih
memerlukan persiapan dan pembinaan yang maksimal sehingga hasilnya akan sangat menggembirakan.
Hasil yang maksimal memang sebuah beban bagi sebuah daerah yang sering juara,
namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana mengejawantahkan atau
mengaktualisasikan nilai-nilai al qur’an dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan kita.
Dalam
tulisan ini diharapkan bisa memberikan suatu masukan untuk mencari strategi apa
yang diambil untuk menyiapkan Kafilah MTQ yang tangguh dari Kab. Sidoarjo,
supaya bisa berjaya dikancah Propinsi sampai Nasional. Strategi tersebut adalah
: Pertama (1). Menggali potensi besar yang ada dari seluruh komponen
keagamaan di Kabupaten Sidoarjo. Misalnya Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ),
Madrasah Diniyah (Madin), Pondok Pesantren, Sekolah atau Rumah Tahfidz, Rumah
Qori’, dan potensi personal yang juga mempunyai peran sangat besar. Dari
berbagai lembaga keagamaan yang ada di Kabupaten Sidoarjo bisa dikembangkan dan
dioptimalkan pembinaannya kearah penyiapan sumber daya manusia yang mumpuni
sebagai wujud kongrit dari program yang sudah dicanangkan.
Kedua
(2), Membangun Visi dan Misi yang sama dari berbagai elemen masyarakat
yang ada. Hal ini menjadi tugas bersama dengan mengedepankan kekuatan yang ada
di Kabupaten Sidoarjo. Musabaqah Tilawatil Qur’an disetiap daerah ditangani
oleh suatu lembaga pengembangan yaitu Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
(LPTQ), yang mempunyai otoritas mengelola penuh terhadap pelaksanaan daan
keberhasilan MTQ itu sendiri. Kalau visi dan misi ini dikembangkan tidak hanya pada tataran birokrasi tetapi melibatkan
masyarakat secara menyeluruh, dan yang lebih spesifik lagi pada lembaga atau
ormas yang mengelola dan mengembangkan syiar al-Qur’an, misalnya Jam’iyyatul
Qurra’ Wal Huffazh dan lembaga – lembaga lain yang mempunyai kapasitas dalam
hal itu. Apabila seluruh kemampuan yang ada baik dari pihak pemerintah sebagai
otoritas penguasa anggaran dan lembaga keagamaan bersatu padu maka akan
memunculkan kekuatan yang sangat besar. Ibarat filosofi sapu lidi bersatu akan
menjadi kuat dan bermanfaat. Dengan kata lain pengelolaan Pengembangan Musabaqah
Tilawatil Qur’an dikerjakan bersama antara pemerintah daerah dengan lembaga
atau ormas islam yang mempunyai visi dan misi yang sama bisa membuahkan hasil
yang maksimal. Ketiga (3), Penjaringan potensi sejak dini. Kemampuan
yang ada baik secara kelembagaan maupun pribadi perlu dicari dan diinventarisir
sehingga bisa mendeteksi kemampuan yang ada. Penjaringan ini dilakukan sebagai
langkah untuk mencari bibit dalam Kafilah MTQ kedepan. Cara yang lebih jitu
yang dilakukan dalam penjaringan ini adalah dengan sering kali mengadakan event
atau perlombaan serta kegiatan yang mendukung potensi tersebut. Yang tidak
kalah pentingnya adalah penjaringan dilakukan dengan sangat obyektif sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki tanpa pilih kasih karena pertimbangan lainya. Keempat
(4), Pembinaan yang berkesinambungan. Untuk mendapatkan bibit yang mumpuni,
baik dan unggul harus dilakukan sejak dini dengan melibatkan seluruh komponen
yang ada. Karena bibit yang unggul tidak bisa secara instan, tetapi harus
dilakukan jauh-jauh sebelum ada kegiatan secara berkesinambungan. Hal ini bisa
kita lihat kesinambungan yang dilakukan di rumah-rumah tahfizh, rumah-rumah
qori’, sanggar kaligrafi, Pondok Pesantren, Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh dan
lain-lain. Mereka sudah menyiapkan calon-calon Kafilah yang handal karena
disiapkan sejak dini dengan fasilitas yang
sangat sederhana. Kalau potensi ini disinergikan dengan kemampuan
anggaran yang ada dari pemerintah daerah maka bukan mustahil potensi yang ada
akan tambah lebih besar dan unggul. Kelima (5), Bibit dirawat dengan
baik. Bibit yang unggul ini menjadi tanggung jawab kita bersama dengan memakai tangan
pemerintah daerah untuk mengelolanya. Perawatan ini meliputi secara fisik dan
non fisik. Secara fisik terkait dengan bagaimana gizi, kesehatan dan kehidupan
ekonomi seorang calon Kafilah. Secara non fisik atau aspek spiritual lebih
dititik beratkan kepada memperkuat kemampuan rohani, mental dari seorang calon Kafilah
MTQ. Keenam (6), Memberikan reward sebagai stimulan. Prestasi dari
apapun keahliannya harus mendapatkan reward yang sesuai tingkat ptrestasi yang
dihasilkan. Karena ini akan menjadi stumulus tersendiri bagi para pemenang. Tak
terkecuali prestasi yang ditorehkan dari para kafilah MTQ diberbagai event yang
ada. Dampak dari cara ini adalah besar terhadap kesungguhan para kafilah. Apabila
ini dilakukan dengan baik dan perencanaan yang matang dari segi anggaran maka
akan merangsang para calon kafilah untuk bersaing dengan sehat sebagai duta
Kabupaten Sidoarjo ke event tingkat Propinsi maupun Nasional.
Dari
berbagai aspek yang ada di atas adalah merupakan suatu strategi sederhana untuk
menyiapkan Kafilah MTQ Kabupaten Sidoarjo yang tangguh. Harapan dari strategi
ini ke depan Kabupaten Sidoarjo menjadi kabupaten yang unggul dalam menyiapkan Kafilah
MTQ kejenjang yang lebih tinggi serta mempunyai kemampuan dalam menerapkan
nilai-nilai al-Qur’an ditengah-tengah masyarakat yang sangat majemuk. Semoga
bermanfaat.
Moga Bermaanfaat abah...
BalasHapus