Selasa, 26 Mei 2020

ANTARA PEDAGANG DAN CORONA


ANTARA PEDAGANG DAN CORONA

Kondisi seperti ini membuat hati tersayat asayat. Karena melihat para pedagang di pasar, pinggir jalan terlihat sepi pembeli belum ada yang membelinya. Sungguh suatu keadaan yang sangat memprihatinkan, saya melihatnya sampai ternyuh (jawa). Memang virus corona atau covid 19 yang mewabah di negara kita ini dapat menyebabkan semua element masyarakat terpengaruh termasuk para pedagang kecil yang setiap hari mencari rezeki dari menjajakan dagangannya untuk menyambung hidupnya. Hari ini mencari uang untuk makan hari ini dan seterusnya.
Kita sebenarnya ingin bergerak tapi bagaimana cara dan tindakan untuk bergerak. Rasanya ingin membeli semua makanan, sayur dan dagangan yang lain, namun apa daya tangan tak sampai. Begitu gigihnya masyarakat kita untuk mempertahankan hidupnya Ya Alloh. Berilah kekuatan dan kesabaran . sungguh mereka ingin mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik. Engkau Ya Alloh telah berjanji dalam Al Qur’an  Surat Ar Ra’d ayat 11  إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ “ Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubahnya sendiri”. Adalah bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan yang menempel (melekat) pada mereka. Sementara perubahan ilahi atas keadaan yang menempel (melekat) pada suatu kaum itu terjadi pada empat kemungkinan:
Pertama: pada orang-orang yang taat kepada Allah, lalu ketaatan kepada-Nya bertambah menjadi syukur. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari yang baik menjadi lebih baik, sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (TQS Ibrahim [14] : 7). Dan firman-Nya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (TQS Al-A’raf [7] : 96).
Kedua: pada orang-orang yang taat kepada Allah SWT, lalu mereka berubah dari ketaatan pada kemaksiatan, dan dari keimanan pada kekufuran. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang baik menjadi keadaan yang buruk, sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (TQS An-Nahl [16] : 112).
Ketiga: pada orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, lalu mereka berubah dari kemaksiatan pada ketaatan, dan dari kekufuran pada keimanan. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik, sesuai dan sejalan dengan firman Allah dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Naim (dalam Kanzul Ummal, hadits no: 44.166) dari Umair bin Abdil Malik, yang mengatakan: Ali bin Abi Thalib pernah berkhutbah untuk kami di atas mimbar Kufah. Dia berkata: “Dulu, jika aku diam di depan Rasulullah saw, maka beliau yang memulai pembicaraan. Jika aku bertanya kepada beliau tentang berita, maka beliau memberitakannya kepadaku. Beliau pernah memberitakan kepadaku dari Rabb beliau azza wa jalla yang berfirman:
وَعِزَّتِي وَجَلالِي وَارْتِفَاعِي فَوْق عَرْشِي، مَا مِنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ وَلا بَيْتٍ وَلا رَجُلٍ بِبَادِيَةٍ، كَانُوا عَلَى مَا كَرِهْتُ مِنْ مَعْصِيَتِي, ثُمَّ تَحَوَّلُوا عَنْهَا إِلَى مَا أَحْبَبْتُ مِنْ طَاعَتِي إِلا تَحَوَّلْتُ لَهُمْ عَمَّا يَكْرَهُونَ مِنْ عَذَابِي إِلَى مَا يُحِبُّونَ مِنْ رَحْمَتِي.
Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.
Keempat: pada orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, lalu mereka semakin bermaksiat—na’ūdzu billāh. Sehingga Allah mengubah keadaan mereka dari keadaan yang buruk menjadi lebih buruk, agar mereka kembali kepada ketaatan, sesuai dan sejalan dengan potongan firman Allah dalam hadits qudsi di atas: “Demi kemulian dan keagungan-Ku, dan demi ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah adzab-Ku yang mereka benci menjadi rahmat-Ku yang mereka cintai.” Juga sesuai dan sejalan dengan firman Allah SWT: “Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS As-Sajdah [32] : 21).
https://mediaumat.news/
Namun dibalik kegigihan mereka di pasar, kami sangat prihatin ternyata mereka sangat tidak peduli dengan kesehatan mereka dan orang lain. Ternyata sangat jarang yang memakai masker untuk melindungi dirinya dari virus.  Seolah protokol kesehatan tidak diindahkan sama sekali.  Padahal semua himbauan dan anjuran dari pemerintah sudah disampaikan dan gencar dipromosikan. Memakai masker adalah langkah ikhtiar untuk memutus virus corona. Kita tidak ingin kasus di Pasar Larangan dan Sukodono terulang dan menular kepada yang lain. Semoga mereka senantiasa diberikan kesehatan sehingga terhindar dari virus yang mematikan ini.

Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar