Sabtu, 23 Mei 2020

“Idul Fitri ditengah-tengah ujian Alloh SWT berupa wabah Covid 19”


KHUTBAH IDUL FITRI 1441 H
“Idul Fitri ditengah-tengah ujian Alloh SWT berupa wabah Covid 19”
Oleh : Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang dimulyakan Alloh.

Syukur alhamduillah pada pagi ini kita telah selesai melaksakan serangkaian ibadah di bulan suci Ramadan, baik ibadah puasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, zakat fitrah, dan diakhiri dengan shalat idul Fitri. Tentunya kita berharap semoga seluruh rangkaian ibadah kita diterima oleh Allah SWT, serta mengantarkan kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Idul Fitri adalah ungkapan rasa syukur atas menguatnya nilai-nilai spritual dan sosial dalam diri kita. Rangkaian ibadah puasa sangat penting dalam merawat dan mengembangkan kualitas keimanan dan kualitas kepedulian kita terhadap sesama. Idul fitri bukanlah hari bermewah-mewahan dengan memakai pakaian baru atau makanan serba lezat. Namun Idul Fitri haruslah dimaknai sebagai momentum awal untuk   mempertahankan kualitas ketaatan dan komitmen untuk tidak melakukan doa kepada Allah SWT.

Itulah esensi Idul Fitri yang kita rayakan pada hari ini. Tugas kita adalah berjuang secara sungguh sungguh agar bisa menciptakan hari raya setiap hari dengan melakukan ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada- Nya

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang dimulyakan Alloh.

Namun Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada saat ini kita diberi ujian dan cobaan oleh Alloh SWT yaitu adanya wabah Virus Corona yang merebak di seantero dunia. Apa yang terjadi saat ini adalah merupakan kehendak Alloh SWT. Lalu bagaimana sikap kita selaku umat mukmin :
1.          Sikap Proporsianal dalam menghadapi  wabah Cavid-19, yaitu diperlukan sikap yang adil dan proporsianal  sesuai  prinsip-prinsip  Ahlussunah  wal  Jama'ah.  Yakin dengan sebenarnya bahwa seluruh penyakit Alloh yang menurunkan dan itu menjadi rahasia Alloh SWT.
2.          Sikap optimisme dalam menghadapi musibah ini, karena kita yakin bahwa Alloh yang menurunkan penyakit dan Alloh sendiri yang akan mengangkatnya.
Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat Al An’am ayat 17 :

 وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al an’am:17)

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang dimulyakan Alloh.

Ditengah-tengah musibah dan wabah penyakit saat ini bulan ramadhan yang penuh berkah dan ampunan sudah meninggalkan kita, namun nilai nilai Ramadhan atau prestasi Ramadhan harus tetap berada di dada kita masing-masing.
Ada 4 nilai taqwa yang harus kita cermati dan menjadi perilaku kita, sebagaimana tanda-tanda orang yang puasanya diterima oleh Alloh SWT dijelaskan dalam Surat Ali Imran Ayat 134 :

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Pertama, orang yang diterima puasanya itu senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam Bulan Ramadhan kita senantiasa membelajakan harta kita untuk kepentingan agamanya Alloh SWT. Mulai zakat , infaq dan shodaqoh yang kita keluarkan itulah harta kita yang sebenarnya. Dalam keadaan bagaimanapun, baik pada kondisi kita mempunyai harta benda (berada/kaya) dan  dalam kesulitan harta benda (miskin). Alloh sangat memuliakan kepada orang yang mengeluarkan hartanya dijalan Alloh apalagi dalam kondisi tidak punya/miskin masih mau menyisihkan hartanya untuk diinfaqkan. Seberapapun rezeki yang diberikan oleh Allah harus disyukuri dan disisihkan untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Oleh karena itu kepedulian, rasa simpati dan jiwa sosial harus berada dalam diri kita. Sebuah  kisah yang menjadi hikmah bagi kita.
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan.

”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah. "Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam
As-Silsilah As-Shahihah.

Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri dan berinvestasi akhirat.

Allah SWT berfirman:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,   (QS. (17) al Isro’ :7)

Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih)

Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap sesama.


Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang kedua, ciri orang yang diterima puasanya itu selalu menahan amarahnya (emosionalnya). Puasa Ramadhan membentuk sifat sabar dan selalu bisa mengendalikan diri saat kita menjumpai kondisi yang membuat marah. Pengendalian diri itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar mendapat rahmat dari Alloh SWT. Diluar Ramadhan pengendalian diri itu juga menjadi prioritas untuk terbentuknya jiwa yang baik dan kuat.
Yang ketiga, ciri orang yang diterima puasanya itu dirinya akan selalu memaafkan kesalahan orang lain. Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain baik ucapan maupun tingkah laku. Oleh karena itu kesalahan tentu terjadi diantara kita. Sehingga puasa Ramadhan membentuk seorang muslim untuk selalu berjiwa besar dan berlapang dada, mau meminta maaf dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kesempatan inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan yang kita perbuat dengan sengaja atau tidak. Akhlaq kita yang terbaik adalah kita lupa tatkala kita melakukan kebaikan kepada orang lain, dan kita lupa tatkala orang lain membuat kesalahan kepada kita.

Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat yang berbahagia!

Yang keempat, ciri orang yang diterima puasanya itu adalah selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluq Alloh SWT. Baik kepada manusia, hewan ,tumbuhan dan alam semesta. Orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada sesama maka Alloh akan menurunkan Rahmatnya kepada mereka. Sebagaimana Alloh berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
  “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang selalu berbuat kebajikan.


Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...

Ditengah-tengah kondisi yang saat ini kita alami adalah suatu kondisi yang penuh dengan keprihatinan. Oleh karena bekal yang sangat baik adalah nilai Ramadhan senatiasa kita abadikan dalam kehidupan kita sehari hari. Selain itu keteguhan iman dan keyakinan bahwa akan ada perubahan yang lebih baik terutama wabah akan segera berakhir harus kita tekankan dalam diri kita masing-masing. Sekaligus selalu berdoa kepada Alloh SWT semoga kita diberi keteguhan iman dan diberi kesehatan oleh Alloh lahir maupun batin..aamin ya rabbal ‘alamin.
Selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar