KHUTBAH IDUL FITRI 1441 H
“Idul Fitri ditengah-tengah ujian
Alloh SWT berupa wabah Covid 19”
Oleh : Imam Mukozali
Penyuluh Agama Islam Kab Sidoarjo
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Syukur
alhamduillah pada pagi ini kita telah selesai melaksakan serangkaian ibadah di bulan suci Ramadan, baik ibadah puasa,
shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, zakat fitrah, dan diakhiri dengan shalat idul Fitri. Tentunya kita
berharap semoga seluruh rangkaian ibadah kita diterima oleh Allah SWT, serta mengantarkan kita kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Idul Fitri adalah ungkapan rasa syukur atas
menguatnya nilai-nilai spritual dan sosial dalam diri kita. Rangkaian ibadah puasa sangat penting dalam merawat
dan mengembangkan kualitas keimanan dan kualitas
kepedulian kita terhadap sesama. Idul fitri bukanlah hari
bermewah-mewahan dengan
memakai pakaian baru atau
makanan serba lezat. Namun Idul Fitri haruslah dimaknai sebagai momentum awal untuk mempertahankan kualitas ketaatan dan komitmen untuk tidak melakukan
doa kepada Allah SWT.
Itulah esensi Idul Fitri yang kita rayakan
pada hari
ini.
Tugas kita adalah berjuang
secara sungguh sungguh
agar bisa menciptakan hari raya setiap hari dengan melakukan
ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada- Nya
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Namun Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini sangat
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada saat ini kita diberi ujian
dan cobaan oleh Alloh SWT yaitu adanya wabah Virus Corona yang merebak di
seantero dunia. Apa yang terjadi saat ini adalah merupakan kehendak Alloh SWT.
Lalu bagaimana sikap kita selaku umat mukmin :
1.
Sikap Proporsianal dalam menghadapi wabah Cavid-19, yaitu diperlukan sikap yang adil dan
proporsianal sesuai prinsip-prinsip Ahlussunah wal Jama'ah. Yakin dengan sebenarnya bahwa seluruh
penyakit Alloh yang menurunkan dan itu menjadi rahasia Alloh SWT.
2.
Sikap optimisme dalam menghadapi
musibah ini, karena kita yakin bahwa Alloh yang menurunkan penyakit dan Alloh sendiri
yang akan mengangkatnya.
Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat Al An’am ayat 17 :
وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ
بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al an’am:17)
Allaahu Akbar 3x
Laa Ilaaha Illaallaahu Allaahu
Akbar
Allaahu Akbar Walillaahilhamd
Kaum Muslimin / Muslimat
yang dimulyakan Alloh.
Ditengah-tengah
musibah dan wabah penyakit saat ini bulan ramadhan yang penuh
berkah dan ampunan sudah meninggalkan kita, namun nilai nilai Ramadhan atau prestasi
Ramadhan harus tetap berada di dada kita masing-masing.
Ada 4 nilai taqwa
yang harus kita cermati dan menjadi perilaku kita, sebagaimana tanda-tanda
orang yang puasanya diterima oleh Alloh SWT dijelaskan
dalam Surat Ali Imran Ayat 134 :
"(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Pertama, orang yang diterima
puasanya itu senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Dalam Bulan
Ramadhan kita senantiasa membelajakan harta kita untuk kepentingan agamanya
Alloh SWT. Mulai zakat , infaq dan shodaqoh yang kita keluarkan itulah harta kita yang
sebenarnya. Dalam keadaan bagaimanapun, baik pada kondisi kita
mempunyai harta benda (berada/kaya) dan dalam kesulitan harta benda (miskin).
Alloh sangat memuliakan kepada orang yang mengeluarkan hartanya dijalan
Alloh apalagi dalam kondisi tidak punya/miskin masih mau menyisihkan hartanya
untuk diinfaqkan. Seberapapun rezeki yang diberikan oleh Allah harus
disyukuri dan disisihkan untuk saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan. Oleh karena
itu kepedulian, rasa simpati dan jiwa sosial harus berada dalam diri kita.
Sebuah kisah yang menjadi hikmah bagi
kita.
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu
Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada
seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok
masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia
tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu
Hurairah pun segera menawarkan bantuan.
”Mari keluar
bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.
"Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang
tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi
kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini
selama sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah.
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong
sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran
kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang
lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri dan berinvestasi akhirat.
Allah SWT
berfirman:
Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, (QS. (17) al Isro’ :7)
Jika kita
menolong orang lain, Allah akan menolong kita.
Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ كَانَ
فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa
membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq
'alaih)
Orang yang diterima
puasanya sepeningal Ramadhan menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap
sesama.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang kedua, ciri orang yang diterima puasanya itu selalu menahan
amarahnya (emosionalnya). Puasa Ramadhan membentuk sifat sabar dan selalu
bisa mengendalikan diri saat kita menjumpai kondisi yang membuat marah.
Pengendalian diri itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar mendapat
rahmat dari Alloh SWT. Diluar Ramadhan pengendalian diri itu juga menjadi
prioritas untuk terbentuknya jiwa yang baik dan kuat.
Yang ketiga, ciri orang yang diterima puasanya itu dirinya akan selalu
memaafkan kesalahan orang lain. Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat
tentunya selalu bersinggungan dengan orang lain baik ucapan maupun tingkah
laku. Oleh karena itu kesalahan tentu terjadi diantara kita. Sehingga puasa
Ramadhan membentuk seorang muslim untuk selalu berjiwa besar dan berlapang
dada, mau meminta maaf dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Jadi kesempatan
inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan kesalahan dan meminta maaf atas
kesalahan yang kita perbuat dengan sengaja atau tidak. Akhlaq kita yang terbaik adalah
kita lupa tatkala kita melakukan kebaikan kepada orang lain, dan kita lupa
tatkala orang lain membuat kesalahan kepada kita.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Kaum
Muslimin / Muslimat yang berbahagia!
Yang keempat, ciri orang yang diterima
puasanya itu adalah
selalu berbuat kebaikan kepada sesama makhluq Alloh SWT. Baik kepada manusia,
hewan ,tumbuhan dan alam semesta. Orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada
sesama maka Alloh akan menurunkan Rahmatnya kepada mereka. Sebagaimana Alloh
berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ
الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)
Orang yang diterima puasanya sepeningal Ramadhan menjadi
orang yang selalu berbuat kebajikan.
Allaahu
Akbar 3x
Laa
Ilaaha Illaallaahu Allaahu Akbar
Allaahu
Akbar Walillaahilhamd
Ma'asyirul Muslimin Rahimakumullah...
Ditengah-tengah kondisi yang saat ini kita alami
adalah suatu kondisi yang penuh dengan keprihatinan. Oleh karena bekal yang
sangat baik adalah nilai Ramadhan senatiasa kita abadikan dalam kehidupan kita
sehari hari. Selain itu keteguhan iman dan keyakinan bahwa akan ada perubahan
yang lebih baik terutama wabah akan segera berakhir harus kita tekankan dalam
diri kita masing-masing. Sekaligus selalu berdoa kepada Alloh SWT semoga kita
diberi keteguhan iman dan diberi kesehatan oleh Alloh lahir maupun batin..aamin
ya rabbal ‘alamin.
Selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar